Lihat ke Halaman Asli

Pilkada, Kecerdasan Rakyat Diuji?

Diperbarui: 26 September 2015   21:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebuah hajatan besar bangsa ini akan dilaksanakan pada desember nanti. Hajatan yang dimaksud adalah Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) secara serentak. Moment yang rencananya akan dilaksanakan di 244 Daerah di seluruh Indonesia. Pada saat-saat tersebut rakyat memiliki kewenangan dalam menetukan pemimpin daerah mereka. Siapa dan bagaimana pemimpin yang terpilih nantinya tergantung dari pilihan rakyat.
Sebagai Negara yang menganut sistem pemerintahan demokrasi, dimana Pilkada adalah salah satu mekanisme dalam menentukan pemimpin atau kepala daerah. dalam demokrasi, suara terbanyaklah menjadi indikator untuk kemenangan dan penentuan kepala daerah, itu artinya yang menentukan siapa kepala daerah yang terpilih ditentukan oleh jumlah kepala (quantity) bukan isi kepala (quality).
Dalam situasi tersebut, banyak orang-orang (calon kepala daerah) yang oportunis dan pragmatis hadir untuk mendeklarasikan diri sebagai figur yang seolah-olah dibutuhkan rakyat. berbagai upaya mereka lakukan demi mendapatkan perhatian rakyat dan meraup suara yang banyak. Menurut saya, pada saat itulah kecerdasan rakyat dibutuhkan, jika rakyat tidak cerdas dan lihai maka akan mudah ditipu dengan obral janji dari para calon. 
Sekilas memang sulit membedakan kandidat yang benar-benar memiliki visi pembaharuan dan tidak. Hampir semuanya memiliki bahasa magic untuk menghipnotis rakyat, sehingga rakyat kebingungan dan berada pada posisi dilematis.  Tetapi kegalauan rakyat tersebut akan hilang, ketika rakyat menggunakan kecerdasannya untuk menerawang siapa yang dianggap benar-benar visioner dan memiliki kapasitas dalam memimpin daerahnya. 
Pada akhirnya Pilkada benar-benar hadir sebagai momentum menetukan pemimpin, tidak hanya sekedar uforia rakyat yang hanya mengahmburkan triliunan Anggaran Negara. Sosok pemimpin yang terpilih nanti benar-benar ditentukan oleh kecerdasan rakyat, bukan atas dasar sogokan rupiah. Saya sering mendengarkan sebuah adagium, “Pemimpin yang cerdas adalah pemimpin berasal dan dipilih oleh rakyat yang cerdas”. Ya, Pilkada. Inilah saatnya kecerdasan rakyat benar-benar diuji.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline