Kematian adalah bagian akhir dari kehidupan di dunia yang tak terelakkan oleh siapa pun, namun sering kali diabaikan. Mau penguasa, mau rakyat biasa. Beberapa hari terakhir, kabar duka datang bertubi-tubi. Kolega sesama penggiat pendidikan yang saya kenal sebagai sosok baik, sholeh, dan penuh dedikasi telah berpulang. Kepergian mereka bukan hanya meninggalkan kesedihan, tetapi juga sebuah perenungan mendalam tentang arti waktu dan bagaimana seharusnya kita memanfaatkannya.
Kematian sebagai Pengingat
Kematian selalu menjadi pengingat paling efektif bahwa hidup di dunia ini hanyalah sementara. Allah SWT dalam Al-Qur'an berfirman:
"Tiap-tiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati. Dan hanya pada hari kiamat sajalah diberikan balasan dengan sempurna" (QS. Ali Imran: 185).
Ayat ini mengajarkan bahwa tidak ada yang abadi di dunia ini. Harta, jabatan, bahkan hubungan manusia dengan sesama akan berhenti di satu titik. Yang akan dibawa ke alam barzakh hanyalah amal baik yang telah kita tanamkan selama hidup.
Amal Sholeh: Warisan Abadi
Kematian sahabat-sahabat saya yang luar biasa mengingatkan betapa pentingnya meninggalkan jejak kebaikan. Mereka telah mengisi hari-harinya dengan amal sholeh yang tidak hanya bermanfaat untuk diri mereka sendiri, tetapi juga untuk orang lain. Mendidik dan membentuk generasi penerus melalui lembaga pendidikan yang mereka bangun.
Amal sholeh, baik itu dalam bentuk ibadah pribadi, membantu sesama, berbagi ilmu, atau bahkan sekadar menyebarkan senyuman, adalah investasi akhirat. Rasulullah SAW bersabda:
"Apabila seorang anak Adam meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak yang sholeh." (HR. Muslim).
Hikmah kematian mereka adalah pelajaran bagi kita semua untuk tidak menunda-nunda kebaikan. Setiap hari adalah kesempatan berharga yang tak akan pernah kembali.
Bersegera dalam Amal