Kehidupan manusia adalah kisah panjang tentang pencarian makna, perjalanan iman, dan pergulatan dengan diri sendiri. Di dalam perjalanan ini, kita sering menemukan dua wajah manusia yang kontras: mereka yang sombong dalam ketaatannya dan mereka yang putus asa dalam kubangan dosanya. Keduanya adalah cerminan dari ketidakseimbangan hati, yang sering kali menyesatkan kita dari tujuan utama: mendekat kepada Tuhan.
Ketika Ketaatan Berubah Menjadi Kesombongan
Sebagai makhluk beragama, ketaatan adalah bentuk ibadah yang kita persembahkan kepada Tuhan. Namun, ada kalanya ketaatan justru melahirkan rasa superioritas yang menggerogoti hati.
Orang yang sombong dalam ketaatannya biasanya merasa lebih baik dari orang lain. Mereka melihat ibadah sebagai ukuran untuk menghakimi, bukan sebagai jalan untuk merendahkan diri di hadapan Sang Pencipta. Mereka lupa bahwa ketaatan seharusnya membawa kedamaian, bukan persaingan.
Kesombongan dalam ketaatan sering terlihat dalam bentuk:
- Meremehkan Orang Lain: "Dia jarang salat, pantas hidupnya begitu."
- Membanggakan Amal Sendiri: "Aku selalu tepat waktu membayar zakat, pasti hidupku lebih berkah."
- Menganggap Diri Paling Benar: Tidak mau mendengarkan masukan karena merasa sudah cukup baik.
Dalam Al-Qur'an, Allah mengingatkan kita tentang Iblis, makhluk yang jatuh karena kesombongan. Iblis menolak perintah Tuhan karena merasa lebih mulia daripada Adam. Apakah kita ingin mengulang kesalahan yang sama?
Putus Asa dalam Kubangan Dosa
Di sisi lain, ada mereka yang terjebak dalam kubangan dosa dan merasa tidak mungkin kembali. Mereka sering berkata, "Aku terlalu kotor untuk diampuni Tuhan," atau, "Buat apa lagi berdoa? Aku sudah terlalu jauh."
Putus asa adalah jebakan lain yang membuat seseorang semakin jauh dari rahmat Allah. Padahal, Allah adalah Maha Pengampun. Sebesar apa pun dosa kita, pintu taubat selalu terbuka. Dalam hadis qudsi, Allah berfirman:
"Wahai anak Adam, selama engkau berdoa dan berharap kepada-Ku, Aku akan mengampuni dosa-dosamu tanpa peduli sebesar apa pun itu."
Putus asa dalam dosa sebenarnya adalah bentuk keputusasaan terhadap rahmat Allah. Dan ini, menurut para ulama, adalah salah satu dosa besar itu sendiri.
Keseimbangan di Tengah Perjalanan
Lalu, bagaimana kita menghindari kesombongan dalam ketaatan dan keputusasaan dalam dosa? Jawabannya terletak pada keseimbangan:
- Selalu Rendah Hati dalam Ketaatan
Ingat bahwa ketaatan adalah anugerah dari Tuhan, bukan hasil usaha kita semata. Banyak orang ingin taat tetapi belum mendapat hidayah. Bersyukurlah dan jangan lupa mendoakan mereka.
- Berprasangka Baik kepada Tuhan