Lihat ke Halaman Asli

Dedi Djanuryadi

Man Born is free but everywhere in chains

Di Rumbai Cintaku Tak Pernah Sampai

Diperbarui: 19 September 2020   13:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi : https://scribereglyph.com

Rumbai 1980

Di port a camp masa magangku di sebuah perusahaan minyak terbesar milik Amerika Serikat di Sumatera Tengah, kupandang jelas wajah orientalnya. Seraut wajah imut berlesung pipit dipadu setitik tahi lalat didagu kiri, semakin manambah kemanisannya.

Kuelus-elus rambut kepang kudanya. Wajahnya balik menatap. Kuangkat dagunya. Matanya pelan meredup. Kukecup pelan bibir merah merekah tanpa lipstik itu. Ya Allah betapa indahnya hidup ini.

"Sayang .. aku mencintaimu," ucapku pelan. Matanya pelan-pelan membuka. Berbinar menatap lembut manja.

"Aku juga sama," jawabnya terdengar tulus.

"Bawalah aku kemana pun. Dalam kondisi apa pun aku akan selalu setia bersamamu"

"Tapi bagimana dengan keimanan kita?" kataku pula.

" Boleh kita masing-masing saja," ujarnya yakin.

Aku mengangguk dan kita saling tersenyum.Lalu saling berdekapan. Damai.

Bandung 1982

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline