Aslinya Muhaimin Iskandar itu santri tulen. Jadi temasuk golongan sarungan. Bahkan pernah menjadi pengajar di ponpes Denanyar Jombang.
Setelah jadi politikus, penampilannya berubah. Jadi keren dengan pantalon dan kemeja. Bahkan sudah biasa full dress. Gagah dan cakep dia.
Seperti pamannya Gus Dur atau Abdulrahman Wahid, ia memiliki sence of humor. Konon katanya banyolan itu sudah merupakan tradisi di NU. Dan kemampuan "ngabodor" itu kemudian menjadi bekal sukses dia mengembangkan lobi-lobi politik. Sebuah ketegangan bisa cair karena candaan cak Imin itu.
Belum lama ini dia berhasil membuat suasana peringatan "harlah" PMII menjadi "gergeran" penuh tawa dan juga aplause hadirin. Nahdliyin nahdiyin muda.
Bahkan juga senyum dikulum Wapres Maruf Amin yang juga hadir di acara yang berlangsung di gedung museum nasional itu.
Dia mulai pidatonya, katanya tadi ditegur wapres karena ketua PMII Abdullah Sukri menolak wacana perpanjangan masa jabatan Jokowi Maruf Amin.
Sebagai orang yang pertama mengunggah wacana itu, kata dia, tujuannya tak lain untuk menolong pak wapres MA di akhirat nanti. Sampai di sini pidatonya terhenti karena geregeran tawa dan aplaus hadirin.
Beberapa hari berikutnya dia ditanya wartawan soal ucapannya menolong pa wapres di akhirat itu.
Imin menyebut itu kan cuma canda. Kok jadi serius begini. Jadi begini, kan banyak proyek infrastruktur pak Jokowi dan wapres Makruf Amin yang belum selesai.
"Termasuk pindah IKN" sela seorang wartawan.
JKW MA harus diberi kesempatan untuk mengoptimalkan tugasnya dengan perpanjangan masa jabatan. Jadi pak MA nanti gak ditegur malaikat lagi. Langsung masuk surga.