Beberapa hari lalu saya sempat merasa gembira. Waktu itu baru saja membaca chatingan teman-teman di grup WA TASELA. Chatingan itu cukup banyak bersahut sahutan.
Ternyata mereka sedang peduli dan apresiasi atas panen jagung di kebun penduduk.
Diceritakan ada seorang guru SD bernama Hasan yang berpanen 4 ton jagung dari 1 ha lahan di blok Rancailat Padawaras kecamatan Cipatujah.
Dari ladang jagung itu pak guru mengantongi Rp.20 juta. Jumlah yang patut disyukuri karena harga jagung sedang selangit, Rp 5.000,-/kg. Itu harga yang layak dan membuat petani jagung tak sesak jantung. Benefit cost rasio jagung dengan harga itu bisa terbaca jika biaya produksi jagung per hektar Rp. 4.500.000,- maka keuntungan petani Rp.15.500.000,- setiap musim panen.
Kegembiraan saya bukan hanya keberuntungan petani jagung, tetapi juga karena adanya peduli teman-teman di Presidium Tasik Selatan kepada perkembangan ekonomi masyarakat di sana. Saya memang sudah berulang mengusulkan agar arah perjuangan juga difokuskan kepada pembangunan ekonomi di selatan Jawa Barat Selatan ic Tasik Selatan.
Usul ini dulu saya terima antara lain dari gubernur Jabar waktu itu pak Ahmad Heryawan. Hal demikian itu disampaikan kang Aher ketika saya ikut bersama Forum Jabar Selatan menemuinya di gedung Pakuan akhir tahun 2009.
Waktu itu TASELA g bersama 4 wilayah selatan Jabar lain sedang berusaha memperjuangkan pembentukan Daerah Otonomi Baru.
Kata kang Aher, sambil menunggu proses DOB, lebih baik kita secara bersama juga membangun ekonomi masyarakat JBS. Saya tidak tahu apakah waktu itu kang Aher sudah punya firasat politik bahwa pembentukan DOB itu bukan perkara gampang, bukan "simsalabim, abra kadabra".
Ternyata firasat politik pak gubernur memang nyata terbukti. Sampai sekarang DOB JBS itu belum ada yang terwujud. Salah satu sabab musababnya adalah moratorium yang dilakukan pemerintah.
Nah jadi saya pantas bergembira ketika membaca berbalas pantunnya teman teman soal panen jagung itu.
Saya pikir, ini pemikiran maju dan dinamis dari teman teman di Tasela. Tidak lagi terus terusan terbelenggu oleh masalah DOB. Tetapi tak kalah penting juga masalah ekonomi. Masalah keroncong perut banyak orang.