Presiden Jokowi optimis sekali. Katanya ekonomi kita akan segera bangkit kembali. Bahkan tanpa merinci matematika alias itung itunganya, ia menyebut kwartal ke 2 tahun 2021 ini, pertumbuhan ekonomi kita akan bertengger di angka 7 persen. Waduh, spekulatif bener ya. Mana mungkin?
Tapi emang seorang Presiden harus begitu. Harus inovatif. Sedikit spekulatif gak apalah.
Mungkin hanya sedikit orang paham jalan pikir putro Surokerto itu. Mari kita urut dari ngototnya meluncurkan dan memaksakan UU Omnibus. Pemerintah "ndableg" bertahan. Teriakan jutaan buruh dan mahasiswa yang menolaknya, tak dihiraukan.
Ia yakin UU itu entry point, pintu masuk bagi investor. Kita ini butuh duit banyak buat mengolah sumber daya alam yang cukup banyak tersedia di bumi pertiwi ini.
Maka UU Omnibus itu tetaplah berjalan. Kemudian masih dirasa belum cukup. Masih belum optimal jika pengelolaannya cuma "disambi" oleh Menko Maritim. Harus diurus secara khusus. Harus ada Menteri Investasi. Maka itu setelah dibilang "monggo" oleh para yang terhormat di Senayan, kemarin ia resmikan nomen klatur baru bernama Kementerian Investasi. Sekaligus pula ia lantik Menterinya. Jelas dan lugas tugasnya. Gak perlu "dipatahan" lagi.
Bahlil lu carilah cukong cukong yang perutnya buncit. Suruh mereka jualan di sini. Tuh di laut kita saja ada harta karun bernilai lebih dari 19 ribu trilyun.
Itu hanya di laut saja. Belum di bukit dan di gunung. Pokoknya berdagang gak usah sampai ke negeri Cina. Ke Indonesia saja dijamin "mucekil". Itu kayanya logika berpikir presiden kita.
Tapi ada yang khawatir dengan tugas Menteri Investasi kita ini. Belum tahu berapa banyak "perut buncit" dan doku yang bisa dibawa dari negeri orang, tiba-tiba Menteri Ketua Bapenas sudah memberi sinyal negatif. Kata Suharso Monoarfa, disinyalir justru investor "kukut" kita sudah mulai menebar modal ke luar negeri. Terutama ke Cina.
Ini harus diantisipasi dan dicegah. Jangan sampai terjadi. Monoarfa mengaku sudah menyampaikan sinyal itu kepada menteri keuangan Sri Mulyani.
Ini namanya yang jauh dicari yang di dekat malah pergi.- ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H