Lihat ke Halaman Asli

Masjid Ramlie Musofa Tawarkan Rekreasi Religi dan Toleransi

Diperbarui: 2 Juli 2016   12:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tak hayal bagi siapa pun yang melihat pemberitaan secara online, jika melintasi daerah Jalan Danau Sunter Raya Selatan, Jakarta Utara tepat disebelah danau kita akan menemukan bangunan Masjid yang didominasi warna putih dan jelas sekali pada pelataran depan bangunan ini tertulis Masjid Ramlie Musofa lengkap dengan terjemahan bahasa Arab, dan bahasa Mandarin yang berikan efek berbeda dengan bangunan peribadatan Islam pada umumnya.

Sebelum memasuki ruang utama (ruang Shalat) Masjid Ramlie Musofa, para jamaah tentu tidak akan kesulitan untuk menemukan ruang wudhu, karena posisinya yang berada tepat disaat kita mau memasuki ruang utama (ruang Shalat). Kemudian untuk memasuki ruang utama, kita perlu menaiki beberapa anak tangga yang terdapat dua potongan ayat dari surat Al-Fatihah dan surat Al-Qari’ah yang lagi-lagi tertulis menggunakan tiga bahasa persis dengan yang tertulis pada pelataran depan Masjid.

*)Kemudahan mengakses ruang wudhu sebagai keharusan utama disaat hendak memasuki sebuah Masjid, Langgar, atau Mushalla adalah syarat utama bagi siapa saja yang akan memasuki rumah ibadah ini.

Dalam hal kenyamanan untuk dapat beribadah dengan khusyuk (tenang dan serius) tentu kita butuh ketenangan yang sesungguhnya. Masjid Ramlie Musofa juga memastikan keheningan serta kedamaian untuk beribadah. Penuh dengan ornamen bangunan yang mewah, serta kebersihan yang dijanjikan oleh bangunan peribadatan ini, akan sangat memungkinkan bila menjadikan lokasi Masjid Ramlie Musofa sebagai salah satu tempat rekreasi religi di Jakarta.

Sekilas bangunan empat lantai Masjid Ramlie Musofa tampak seperti bangunan Taj Mahal di India, sesuai dengan paparan di atas pada Masjid ini kita tidak akan menemukan pengeras suara, dikarenakan hanya ada tempat imam/khotib yang akan mengumandangkan adzan tanpa menggunakan pengeras suara yang biasa kita temukan di Masjid konvensial lainnya.

Entah dikarenakan faktor tertentu, kita sering menemukan fasilitas Masjid yang dibangun atau dikelola tidak dengan cukup baik. Meskipun kehadiran utama Masjid adalah sebagai tempat ibadah dan kegiatan-kegiatan keagamaan lainya, jika fasilitas yang diberikan tersebut tidak dikelola dengan baik, maka akan memberikan efek yang kurang baik pula, terutama streotipe kita yang begitu mudah menjustifikasi bahwa kehadiran Masjid tersebut sangat mengganggu, padahal kita sepakati bahwa pemahaman tersebut adalah tergantung kepada sumber daya manusia yang mengelolanya.

Dalam konteks hidup yang rukun antar sesama umat beragama, pengelolaan rumah ibadah secara serius dan memikirkan dampak yang lebih luas adalah tugas dan tanggung jawab semua umat beragama. Meskipun tujuan utamanya adalah untuk beribadah kepada Sang Khalik Allah SWT, beribadah secara horizontal (sesama manusia) juga tak kalah penting. Sikap inilah yang Islam berlakukan sepanjang masa, yakni “Hablumminannas dan Habluminallah” Sesuai dengan ungkapan di atas, sebagaimana yang di atur dalam Surat Al Israa’ sebagai berikut terjemahannya:

Katakanlah: “Serulah Allah atau serulah Ar-rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya, dan carilah jalan tengah di antara kedua itu”. (Al Israa’: 110)

Maksud dari petikan surat di atas adalah, janganlah membaca ayat Al Qur’an dalam shalat terlalu keras atau terlalu perlahan tetapi cukuplah sekedar didengar oleh ma’mun. Kemudian, dzikir juga merupakan ibadah secara individu langsung kepada Allah SWT, oleh karena itu tidak perlu menggunakan pengeras suara baik itu ke dalam maupun keluar. Pemahaman tersebut diperkuat dengan dalil yang terdapat pada Surat Al A’Raaf sebagai berikut terjemahannya:

Berdo’alah kepada Tuhanmu dengan rendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (Al A’Raaf: 55)

Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.”( Al A’Raaf: 205).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline