Lihat ke Halaman Asli

Lebih Dalam Memaknai "Sumpah Pemuda" dalam Era Globalisasi

Diperbarui: 24 Juni 2015   05:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kecenderungan untuk memaknai dari sebuah peristiwa biasanya hanya sebatas celebration atau dalam konteks merayakan hanya bersifat angin lalu. Padahal pemaknaan dalam arti kesejatiannya adalah "Sumpah Pemuda” perlu disiasati secara khusus, bergerak tanpa pamrih, serta menjunjung tinggi rasa cinta tanah air, dengan kembali memenuhi panggilan kodrati bahwa yang muda dapat berperan aktif dalam setiap detik perubahan.

Kita tentu ingat betul beberapa hari yang lalu, semua lini media menggaungkan kembali semangat  "Sumpah Pemuda". Namun ironisnya momentum tersebut akan menjadi sebuah pijakan-pijakan perubahan yang hanya sebagai isapan jempol belaka.

Banyaknya opini tatkala reuni sejarah dengan menceritakan mengenaiawal hingga dampak yang bisa dimaknai tidak banyak memberikan progress yang signifikan dalam perwujudannya, bahkan berdampak kepada sistematis problematika kehidupan kita sehari-hari.

Anak muda identik dengan penjewantahan potensi dalam diri, menentukan posisi strategis dalam menempatkan diri sebagai proses pembentukan kepribadian, sehingga akan lebih bijaksana apabila perubahan yang dapat di implementasikan anak muda dapat memberikan efek positif bagi dirinya bahkan sampai ke generasi penerusnya.

Sebagaimana hasil survey yang dipaparkan oleh Transprency Internasional Indonesia di tahun 2010 yang lalu, anak muda menduduki persentase yang cukup mumpuni dalam sebuah perubahan, karena benar adanya sejarah telah membuktikan bahwa anak muda memiliki peran penting yang sistemik dan terorganisir dengan mensyaratkan adanya kesadaran implementasi integritas yang kuat mengenai nilai kedalam ruang gerak aktivitas.

Kemudian permasalahan dewasa ini, hasil jajak pendapat yang di kutip dari media Kompas pekan lalu, bahwa rekaman publik dalam menilai anak muda saat ini belum memadai dalam sejumlah bidang. Misalnya dalam urusan pengamalan Pancasila sebagai ideologi negara, sekitar 73,6 persen responden memandang anak muda tidak ikut ambil bagian dalam mewujudkan butir-butir sila dalam Pancasila. Serta sebagai tambahan responden dari kalkulasi 100 persen, hanya sekitar 9,4 persen yang dapat menyebutkan dengan benar dan berurutan tiga isi “Sumpah Pemuda”.

Artinya penting sekali memaknai Sumpah Pemuda tidaklah hanya dalam stereotype perdebatan semangat, tapi keyakinan untuk memaknai nilai-nilai dan menjalaninya tanpa pamrih. Oleh karena itu, perlu adanya penerapan nilai-nilai yang secara berbarengan mengawal secara khusus dalam memaknai sebuah “Sumpah Pemuda” ini.

Integrity Value

Integritas adalah sebuah nilai yang berhubungan dengan sebuah dedikasi atau pengerahan segala daya dan upaya untuk mencapai satu tujuan. Dalam konteks Sumpah Pemuda, jika nilai ini sudah menjadi bagian para anak muda, maka dengan arti yang lebih luas integritas akan menjaga seseorang untuk tidak keluar dari jalurnya dalam mencapai sesuatu.

Istilah ini sudah diperkenalkan Aristoteles dan tradisi republikan, yang dimaknai sebagai, "citizens’ involvements in self-rule guided by devotion to the public good", atau juga dimaknai sebagai "moral execellence" yang akan menghasilkan "the human good". Virtue atau keutamaan tersebut hanya bisa dibangun dan ditempa melalui tindakan sehari-hari sekaligus pendidikan yang memadai dalam suatu lingkungan yang membentuk individu dengan habitus berintegritas.

Integritas dapat didefisinikan sebagai standar kompetensi, keadilan dan kejujuran yang tertinggi. Dalam artikulasi yang lebih luas, integritas mencakup soal keadilan, tingkah laku, kebenaran, dan kesetaraan (Kloackars, Ivkovic, dan Haberfeld, 2006). Tantangan dalam penanaman serta peningkatan kapasitas sebuah integritas tidaklah signifikan bila hanya tertanam secara pribadi, oleh sebab itu pelu adanya kontrol untuk memastikan kesadaran tersebut dapat berjalan secara sistemik, struktural, dan berkelanjutan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline