Kehadiran era digital yang semakin memopulerkan pemakaian internet telah mengubah gaya hidup masyarakat. Perubahan nyata yang bisa dilihat adalah kebutuhan primer penggunaan smartphone dalam kehidupan sehari-hari baik untuk sarana komunikasi, hiburan, pendidikan, bermain game hingga belanja. Mengutip data dari We Are Social, ada sekitar 204,7 juta pengguna internet di Indonesia di awal tahun 2022. Artinya bila dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia maka didapati angka 73,7% dari populasinya yang telah menggunakan internet untuk pelbagai keperluan dan aktivitas. Lebih lanjut, rata-rata orang Indonesia menggunakan internet selama 8 jam 36 menit setiap harinya. Selain itu, 94,1% pengguna internet di Indonesia adalah menggunakan telepon genggam. Salah satu aktivitas yang paling banyak digandrungi oleh pengguna internet adalah aktivitas e-commerce atau belanja online.
Lewat sokongan kecanggihan teknologi dan infrastruktur yang mudah diakses, e-commerce mampu menyajikan kemudahan dan kecepatan serta keuntungan bagi pelaku pasar. Hal demikian pada akhirnya mengubah pola supply dan demand para pelaku ekonomi beralih dari yang mulanya konvensional menuju ekonomi digital karena tawaran kepraktisan dalam pelbagai aspek yang tidak bisa didapatkan dalam sistem konvensional, seperti pemasaran, pembelian, pendistribusian produk, sistem pembayaran, dan sebagainya. Kepraktisan tersebut mengakselerasi perubahan gaya hidup masyarakat yang dulunya belanja di pasar atau mall secara langsung sudah berubah belanja secara online (e-commerce) baik lewat marketplace, media sosial maupun website dan lainnya.
Secara definitif, e-commerce merupakan bentuk perniagaan online yang terintegrasi dengan teknologi informasi melalui perantara internet. Salah satu bentuk e-commerce yang paling populer adalah marketplace. Marketplace sendiri tak ubahnya merupakan pasar tradisional ataupun mall yang di-online-kan atau didigitalisasikan. Kontribusi marketplace tak lain sebagai tempat jalannya transaksi jual beli atau jasa mempertemukan penjual dan pembeli di situs atau aplikasinya. Bisnis jasa marketplace pada akhirnya berkembang menjadi layanan jasa dan hiburan yang prospektif. Sehingga menarik banyak perusahaan Start Up berlomba-lomba menciptakan marketplace dengan karakteristik dan keunggulan masing-masing.
Pada dasarnya, marketplace dirancang sebagai solusi strategis dari proses bisnis konvensional yang kompleks dan berbiaya mahal sehingga tercipta efisiensi dan efektifitas. Sebagaimana paparan Komputa (2017) Indikator efektifitas marketplace bisa dilihat dari kemampuan platform tersebut dalam memberikan fasilitas transaksi, mempertemukan penjual dan pembeli, serta menyediakan infrastruktur. Sementara itu, indikator efisiensi platform jual beli online dilihat dari ringkasnya waktu dan biaya yang diberikan platform tersebut. Platform untuk sebuah marketplace bisa berbentuk aplikasi atau website. Orang-orang lebih memilih melakukan jual beli melalui online marketplace karena kemudahan transaksi yang ditawarkan.
Cara kerja marketplace dimulai dengan menarik para penjual dari level UMKM maupun Multinasional bisa membuka tokonya melakukan branding yang sama tanpa biaya sepeserpun. Platform marketplace kemudian melakukan promosi secara sistematik di pelbagai saluran publik hingga menghadirkan pengunjung ke situsnya. Para pengunjung inilah yang kemudian bisa melihat produk-produk dari banyak toko di dalamnya. Pembeli tertarik untuk membeli, transaksi akan diatur oleh marketplace, mulai dari pembayaran hingga pengiriman barangnya sampai ke tangan konsumen. Pada setiap transaksi penjualan marketplace bisa mengambil komisi penjualan yang dibebankan kepada pemilik toko. Semua operasional di dalam marketplace termasuk pengelolaan website hingga metode pembayaran difasilitasi oleh perusahaan penyedia marketplace tersebut.
Dari ratusan platform marketplace yang hadir di Indonesia, menyisakan ruang pertarungan yang sengit namun hanya segelintir saja yang bisa tetap eksis menawarkan jasa menyediakan pasar ekonomi digital yang mumpuni bagi masyarakat. Dilansir dari Katadata (2022), setidaknya ada sepulh Marketplace dengan jumlah pengunjung bulanan tertinggi Kuartal III 2021 di Indonesia diduduki secara berturut-turut oleh Tokopedia (158,1 juta), Shopee (134,4 juta), Bukalapak (30,1 juta), Lazada (28 juta), Blibli (16,3 juta), Orami (12,8 juta), Ralali (5,5 juta), Bhinneka (4,5 juta), JD.Id (3,8 juta), Zalora (2,6 juta). Dari kesepuluh marketplace dengan jumlah pengunjung terbesar itu memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing serta memiliki strategi pemasaran yang inovatif.
Sedangkan dalam survey yang dilakukan I pos (2022) terkait penggunaan Marketplace di Indonesia berdasar pada empat indikator terhadap Tokopedia, Shopee, dan Lazada, diketahui bahwa Shopee menduduki peringkat pertama pada 4 penilaian indikator. Pertama, berdasar merek yang paling sering digunakan atau Brand Use Most Often (BUMO) 54% responden memilih Shopee, disusul dengan Tokopedia (30%) dan Lazada (13%). Kedua, berdasar Top of Mind (paling diingat), sebanyak 54% responden memilih Shopee, diikuti oleh Tokopedia (27%) dan Lazada (12%). ketiga, berdasar pangsa pasar jumlah transaksi (share of order), sebanyak 41% responden memilih Shopee, diikuti dengan Tokopedia (34%) dan Lazada (16%). Keempat, berdasar pangsa pasar nilai transaksi, Shopee juga mencatatkan pangsa pasar nilai transaksi terbesar 40%, diikuti Tokopedia (30%) dan Lazada (16%).
Mari kita simak latar belakang lima marketpalce terbesar di Indonesia dan keunggulannya. Pertama, Shopee merupakan platform belanja online yang diluncurkan tahun 2015 di bawah naungan Sea Group Ltd, perusahaan e-commerce dan teknologi game asal Singapura. Tak hanya menguasai pasar Indonesia, Shopee juga sedang tren di Singapura, Malaysia, Thailand, Taiwan, Vietnam, dan Filipina. Strategi paling sukses dalam inovasi pembayaran Shopee adalah ‘Bayar di Tempat’ dan ‘Shopee Pay Later’ yang banyak digandrungi oleh konsumen di Indonesia.
Kedua, Tokopedia, diluncurkan sejak 17 Agustus 2009, oleh William Tanuwijaya dan Leontinus Alpha Edison. Tujuan awalnya sebagai sarana pemasar untuk memasarkan atau mempromosikan produk mereka di media online. Tahun 2018 Tokopedia menjadi marketplace dengan valuasi mencapai 1 miliar dollar AS. Kini Tokopedia merger dengan Gojek sehingga dikenal dengan GoTo yang memiliki valuasi sebesar 4,1 miliar dollar AS. Kelebihan marketplace ini terletak pada desain yang elegan dan mudah diakses serta tawaran diskon dan cashback serta gratis ongkir yang memanjakan konsumen. Keunggulan lainnya terletak pada tawaran inestasi emas dan reksadana.
Ketiga, Bukalapak, didirikan oleh Achmad Zaky, Nugroho Herucahyono, dan Muhamad Fajrin Rasyid pada tahun 2010. pada tahun 2017 lalu statusnya sudah menjadi unicron lalu pada tahun 2021 melakukan IPO. Platform Bukalapak hadir dengan berbagai kemudahan. Bukalapak Hal ini bisa dilihat dari banyaknya pilihan sistem pembayaran yang beragam.
Keempat, Lazada dikembangkan perusahaan teknologi Rocket Internet asal Jerman. Lazada diluncurkan pada 2012 dan hadir di beberapa negara di Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Marketplace ini didukung berbagai macam layanan pemasaran yang unik, layanan data, dan layanan jasa lain. Lazada juga menawarkan variasi produk dalam berbagai kategori mulai dari barang elektronik hingga barang keperluan rumah tangga, mainan, fashion, perlengkapan olahraga dan kebutuhan sehari-hari.