Kolam atau di kampung Petakan tempat Pade tinggal dikenal dengan istilah "balong" (Bahasa Sunda) merupakan tempat hidupnya ikan. Biasanya, ketika musim penghujan tiba. Masyarakat mulai mengisi kolam tersebut dengan berbagai jenis ikan, seperti mujaer, nilem, tawes, mas, gurame, dan jenis ikan lainnya.
Ikan dari kolam tersebut biasanya hanya sebagai pemenuhan kebutuhan keluarga atau untuk konsumsi pribadi. Tidak untuk dijual ke pasar.
Setiap kali ingin makan ikan, baik dibakar maupun digoreng yang memasaknya tidak ribet tinggal memancing saja. Mengambilnya sesuai dengan kebutuhan, asal cukup untuk sekali makan keluarga. Atau juga bisa lebih, untuk makan lagi nantinya.
Ketika kolam ada air dan ikannya, tentu para pemiliknya senang. Selain bisa mengambil ikan kapan saja tanpa harus pergi dulu ke pasar yang jaraknya juga lumayan jauh. Nongkrong di pinggir kolam sambil ngopi untuk menenangkan pikiran juga seringkali dilakukan.
Saat ini, para pemilik kolam mulai khawatir. Hal itu karena ketersediaan air di kolamnya sudah menipis. Air kolamnya sudah surut.
Bahkan, ada salah satu tetangga Pade yang setiap sore harus mengecek keadaan kolamnya. Pasalnya, letak kolam miliknya cukup jauh dari tempat tinggal. Selain khawatir karena keadaan air kolamnya sudah surut. Kekhawatiran lainnya adalah katanya ada binatang pemangsa ikan, salah satunya biawak. Kekhawatiran itu, pastinya tak beda jauh dengan Pade. Dimana, air kolam di pinggir rumah Pade sudah menipis. Bahkan, punggung ikan sudah mulai terlihat.
Nasib kolam di musim kemarau dapat dilihat seperti gambar di atas. Gambar tersebut Pade ambil ketika sedang melihat pertumbuhan tanaman di pinggir rumah Pade.
Kolamnya bukan milik Pade. Tapi kolam milik ayah Pade. Merasa ikut khawatir, ya karena suka ikut mancing juga disini untuk hiburan. Dan tentunya karena pemiliknya ayah sendiri jadi seperti mempunyai rasa tanggung jawab dalam merawatnya. Apalagi letaknya berdampingan dengan rumah Pade. Dan ada beberapa ikan gurame yang ukurannya sudah besar, sebagai persiapan buat nanti si bungsu nikahan.
Di pinggir kolam, batu-batu besar sudah terlihat jelas, kayu kayu yang sengaja direndam juga sudah kelihatan. Tanah di bawah kolam atau lumpurnya juga sebagian sudah terlihat. Begitulah kiranya gambaran nasib kolam di musim kemarau saat ini. Bagaimana dengan keadaan di daerah Kompasianer, apakah masih kemarau atau sudah turun hujan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H