Lihat ke Halaman Asli

Mengenang Mak Ida, Pemilik Warung Nasi yang Pernah Berjasa dalam Hidupku

Diperbarui: 26 September 2023   15:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Tahun 2005, setelah lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA), Pade melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Pendidikan yang Pade tempuh adalah jurusan D2 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Kampus Tasikmalaya.

Masih ingat, pada waktu itu di jurusan D2 PGSD angkatan Pade adalah yang terakhir, katakanlah bungsunya. Soalnya, di angkatan berikutnya tak lagi D2 tapi S1 PGSD. 

Ketika kuliah D2 PGSD di UPI Kampus Tasikmalaya, ada sebuah warung nasi kecil yang letaknya di depan kampus, pinggir Sungai Cimulu. Bagi Pade khususnya, dan umumnya bagi teman-teman Pade waktu itu pastinya tak asing lagi dengan warung nasi itu dan pastinya memiliki kenangan yang sama. Hal itu, karena warung nasi itu pernah berjasa dalam hidup Pade semasa kuliah dulu.

Pemilik warung nasi itu adalah wanita tua yang bernama Mak Ida yang sudah memiliki beberapa anak dewasa dan berumah tangga dan sudah bercucu pada waktu itu. Dalam mengelola warung nasi tersebut dibantu oleh beberapa anaknya yang perempuan. 

Jika ditanya Bagaimana Warung Nasi Mak Ida itu sangat berjasa dalam hidup sebagian mahasiswa PGSD Kampus Tasikmalaya pada waktu itu, khususnya bagi Pade dan teman-teman yang berada di asrama? Jawabannya sangat singkat yaitu kepeduliannya. 

Singkat cerita, pada waktu itu Pade dan sebagian teman di asrama untuk kebutuhan makan sudah berlangganan di Warung Nasi Mak Ida tersebut. Bahkan, jika ada uang lebih untuk kebutuhan makan itu bayarnya disekaliguskan untuk 1 Minggu, 2 Minggu, atau 1 bulan. Tergantung situasi dan kondisi dari masing-masing.

Jika waktu pagi dan siang, kami selalu makan langsung di tempatnya. Dengan mengambil nasi lauk sesukanya. Sementara jika sore hari, nasi bungkus selalu diantarkan ke asrama. Dan, ketika sedang acara di kampus atau mengerjakan tugas di luar hingga malam. Nasi bungkus pun sudah menggantung di pintu kamar.

Nah, cerita berkesannya mengapa Warung Nasi Mak Ida itu telah berjasa sekali dalam hidup adalah ketika Pade atau yang lainnya tidak punya uang karena kehabisan bekal. Kami tetap bisa makan di tempat tersebut dan nasi bungkus tetap diantar. Asalkan kami terus terang kepada Mak Ida jika kami sedang kehabisan bekal. Dan, membayarnya boleh nanti ketika sudah punya uang kembali. Sungguh itu hal yang sangat luar biasa yang telah Pade rasakan, hingga sampai saat ini Pade masih mengenangnya.

Jika Pade berjumpa kembali dengan Mak Ida sang pemilik warung nasi tersebut, tentunya Pade akan mengucapkan banyak terima kasih padanya. Bersyukur sekali karena Alloh SWT telah menciptakan seseorang yang sangat peduli terhadap orang lain. Doa Pade untuknya, semoga beliau masih sehat hingga saat ini. Semoga amal kebaikannya dibalas oleh Alloh SWT di akhirat nanti. 

Akhir kata, Pade haturkan terima kasih kepada Kompasiana karena telah membuat topik pilihan "Warung Berjasa di Hidupku". Sehingga Pade turut mengenang Warung Nasi Mak Ida yang telah berjasa dalam hidup Pade dan mengabadikannya melalui coretan singkat ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline