Belum lama ini, khalayak umum digegerkan dengan kasus salah satu pelanggan gerai dibawah naungan PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk yang mengoperasikan jaringan mini market alfamart ini telah menyita perhatian publik.
Hal tersebut tidak lain karena kasus pencurian coklat yang terjadi di salah satu gerai milik mereka.
Sebuah fenomena masyarakat, ketika seorang kasir dan petugas Alfamart tersebut mengambil video pencurian, dirinya malah diancam pelanggaran UU ITE dan menggandeng pengacara karena kasusnya.
Pantaslah membuat opini publik semakin negatif terhadap pelanggan wanita yang digadang-gadang seorang pengusaha ini.
Terlihatlah Hitam VS Putih, yang lemah tertindas. Perusahaan mengangkat Hotman Paris untuk menjadi pengacaranya.
Hebatnya, hal tersebut membuat publik merasa iba, dan mendukung ketidakadilan tersebut. Masyarakat merasa perlu memperjuangkan keadilan bagi pegawai tersebut. Mereka mewakili perasaan dikapitalisasi oleh kaum elit.
Berita tersebut mungkin hanya akan bertahan beberapa hari, namun telah mengingatkan publik tentang sikap heroic Alfamart dan Hotman Paris yang mewakilkan perasaan publik saat itu. Brand ini akan sangat diuntungkan karena namanya akan melejit bak pahlawan.
Pelajaran besar dimana sebuah brand dituntut untuk cekatan dalam mengatasi ombak (tantangan) dalam sebuah peristiwa.
Karena viralnya kasus tersebut, secara tidak langsung kecepatan informasi dan teknologi telah menghantarkan kedua brand untuk menaiki popularitas mereka serta mendapat kepercayaan public dalam waktu yang relative singkat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H