Lihat ke Halaman Asli

Kami Melihat Dunia yang Sama

Diperbarui: 25 Januari 2020   22:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

---Manusia Malang---

Aku adalah seorang pejuang bukan pemalas yang selalu mengeluh masalah kehidupan. Aku mati-matian melawan musuh kejam yang bernama "kelaparan". Aku adalah pelindung bumi ini dari ancaman kebusukan . Ya aku adalah seorang yang biasa disebut pemulung tapi aku lebih suka disebut sebagai Pejuang kebersihan.Setiap hari ku mengais sampah-sampah yang diabaikan manusia tak bertanggung jawab lalu kuubah menjadi lembaran rupiah.

Sejak pagi  jam 4 aku sudah bangun dan bersiap-siap untuk pergi ke sekolah ya begitu seharusnya yang kulakukan di usiaku saat ini tapi kenyataannya aku hanya  mempersiapkan karung dan  sebuah besi sepanjang 1 meteran yang membentuk huruf L.

Setiap hari aku selalu pergi ke TPS yang jaraknya cukup jauh dari rumahku meskipun kebanyakan orang akan tertawa ketika ku sebut ini sebuah rumah. Aku cukup berbangga  dengan rumahku karena anti air bahkan anti badai sekalipun karena atapnya adalah beton beraspal tebal. Sebelum berangkat  ke TPS  aku memohon terlebih dahulu kepada sang pencipta agar hari ini di beri kelancaran dan rezeki yang melimpah di masjid Al-Ikhlas .

Selama di perjalanan ke masjid ku jumpai orang-orang di jalan yang sibuk dengan kegiatannya masing-masing , ada yang  seperti diriku sepertinya akan pergi ke masjid juga terlihat dari peci dan sarungnya ,ada yang bersusah payah mendorong gerobak yang kelihatannya sangat berat, ada ibu-ibu yang akan pergi ke pasar,dan ada pedagang bubur yang sedang mendirikan tendanya.

Walaupun kegiatannya berbeda-beda tapi ada satu kesamaan yang kudapatkan saat memperhatikan mereka ,mukanya ,mukanya sama . Bukan secara fisik sudah pasti tidak mungkin  tapi aura atau apalah yang terpancar dari  wajah mereka menggambarkan seorang pekerja keras .

Aku sangat mengagumi orang-orang yang berjuang dengan keras,alasannya ? entahlah hanya saja saat aku bertemu atau melihat pekerja keras aku hanya tersenyum.Jarak masjid dari rumahku sekitar 200 meter , sesampainya di sana aku menyapa pak Zaenal marbot masjid Al-Ikhlas. Pak Zaenal orangnya sangat baik beliau sudah menjadi marbot sejak masjid ini berdiri dua puluh tahun silam.

Pak Zaenal banyak membantuku ketika kesulitan dan kami sering makan bersama ,karena aku sering membatu beliau membersihkan masjid, beliau sering mentraktirku dengan 1 porsi bakso. Bamyak nilai kehidupan yang beliau ajarkan  kepadaku tapi ada satu yang paling kuingat dari banyak nasihat-nasihat beliau.

" Jangan terlalu bahagia di dunia karena semakin engkau  bahagia di dunia , kau akan semakin sulit melepaskannya dan semakin sakit kau meninggalkannya," ucap Pak Zaenal.

Beliau sering berkata bahwa diriku sangat beruntung dengan kondisiku saat ini " Ente sangat beruntung Arif , ada orang yang sangat mencintai dunia dan harta hidupnya dipenuhi kesenangan tapi diakhir  dia sangat ketakutan dan memandang kematian di depannya sangat mengerikan karena bagi dia dunia ini adalah segalanya Astagfirullah.

" Naudzubillah Min Dzalik. Lalu ada orang yang gak punya  apa-apa kehidupannya sangat sederhana seperti ente Arif , tapi di napas terakhirnya dia sangat tenang dan memandang  kematian tanpa takut Maasyaa Allah... Semoga kita termasuk golongan yang ini. "

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline