Lihat ke Halaman Asli

DEDE SOLEHUDIN

secangkir kopi yang diseduh hangatnya logika

Oleh-oleh Liburan Nyepi: Menelisik Pesatnya Jember

Diperbarui: 13 Maret 2019   16:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Mungkin dalam rentang 2 tahun ini sudah tiga atau empat kali saya datang ke Jember. Entah bertujuan untuk refreshing atau tugas dari kantor. Namun setiap kali berkunjung ke Kabupaten ini selalu saja menemukan sesuatu yang baru, khususnya berkaitan dengan pembangun infrastrukturnya. 

Jember  adalah sebuah kabupaten dibagian timur provinsi Jawa Timur. Bersama dengan Pasuruan, Probolinggo, Lumajang, Situbondo, Banyuwangi dan Bondowoso, Kabupaten Jember ini masuk pada kawasan Tapal Kuda. Dinamakan Tapal Kuda, karena secara sekilas bentuk dari kawasana ini mirip dengan bentuk tapal kuda. Istilah lain yang sering didengar adalah kawasan ini masuk pada daerah Blambangan. 

Secara historis kawasan ini masuk dalam wilayah kekuasaan Mataram dan mayoritas mereka keturunan dari Madura yang bermigrasi mengisi relung-relung kawasan ini. Sehingga tidak heran jika selain bahasa Jawa, masyarakat jember menggunakan Basaha Madura. Pada awalnya kawasan yang masuk Tapal Kuda ini. Termasuk Jember, dianggap sebagai kawasan tertinggal bila dilihat dari sisi pembangunannya. Namun sekarang stigma itu mulai hilang dengan terus berdenyutnya kehidupan kawasan ini, baik pendidikan dengan ditandainya jumlah perguruan tinggi maupun sisi ekonominya.

Denyut Ekonomi Tapal Kuda

Denyut ekonomi khususnya Banyuwangi dan Jember terasa kencang. Geliat dan gairah kehidupan masyarakat tampak nyata. Minimal itu terlihat dari sepanjang pusat kota di ruas jalan-jalan Nasional seperti jalan Gajahmada dan Hayam Wuruk. Kunjungan pertama kali ke Jember kalau tidak salah ingat tahun 2017 akhir, di ruas jalan Gajahmada baru dibangun sebuah shopping center yang cukup megah dan tinggi yang terintegrasi dengan jaringan rumah sakit milik Grup Lippo. 

Meski pembangunannya belum rampung 100%, namun sudah layak dijadikan destinasi wisata belanja masyarakat baik dari sekitar Jember maupun pelancong. Masyarakat sudah menajdikannya tujuan hiburan dan belanja. Selang setahun, sekitar akhir 2018, satu lagi pusat perbelanjaan hadir di Jember. Tepatnya berada di jalan Hayam Wuruk. Pusat perbelanjaan yang masuk dalam grup Trans Corp ini menjadi tujuan baru belanja masyarakat Jember dan sekitarnya. 

Selain sebagai tempat belanja, spot ini juga menawarkan wahana hiburan bagi keluarga. Ini menjadi sebuah pilihan bagi hiburan masyarakat. Dengan berdirinya kedua spot tersebut, bisa dijadikan sebagai sinyal bahwa demand atau kebutuhan masyarakat akan pusat perbelanjaan dan hiburan cukup tinggi. Itu artinya geliat kegiatan ekonomi berdenyut cukup kencang, dan tingkat ekonomi masyarakatnya cenderung meningkat. 

Kita bergeser ke pinggir, didaerah Sukorambi, muncul sebuah destinasi wisata alam yang cukup menarik. Berlabel taman botani, tempat wisata ini cocok sekali untuk segmen keluarga. Terdapat beberapa kolam renang rekreasi, kolam ikan, anjungan kafetaria dan beberapa satwa. Bukan itu saja, sebagai konsep botani-nya, wahana rekreasi ini juga menawarkan kebun buah dan berbagai tanaman yang lengkap diberi sebuah deskripsi baik dalam istilah Jawa maupun istilah Latin. 

Bagian lain yang tak kalah menariknya yaitu spot untuk foto. Beberapa sudut yang khusus di jadikan lokasi yang berkategori "Instagramable" dihadirkan sebagai daya tarik. Itulah sekelumit geliat ekonomi Jember dilihat dari sisi pariwisatanya. Namun sepertinya sektor pariwisata alam ini kurang mendapatkan perhatian. Itu bisa dilihat dari jumlah pengunjungnya. Perbedaan yang kentara jika dilihat jumlah pengunjung kedua mal dengan tempat wisata tersebut. 

Selain sisi pertumbuhan ekonominya, perkembangan dunia pendidikannya pun terus meningkat. Terdapat satu perguruan Tinggi Negeri yang cukup terkenal di Jember ini yaitu Universitas Negeri Jember (UNEJ). Yang bisa dijadikan bukti bahwa perhatian masyarakat khususnya tokoh masyarakat terdahulu terhadap pendidikan sangat tinggi. Jika membaca sisi historisnya, UNEJ ini sempat menjadi bagian dari Universitas Brawijaya Malang. Namun pada akhirnya UNEJ bisa berdiri secara independen  dengan memiliki statuta perguruan tinggi sendiri tanpa berafiliasi dengan perguruan tinggi lain. Selain UNEJ, perguruan tinggi swasta pun muncul baik yang bersifat keagaan maupun umum.

Pusat ekonomi baru Jatim

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline