Memasuki bulan Agustus, seperti biasanya perguruan tinggi ramai menggelar program Kuliah Kerja Nyata (KKN).
Semakin banyak inovasi dan variasi model KKN yang diselenggarakan oleh pihak kampus.
Ada yang berbasis pemberdayaan masyarakat (Sisdamas), tematik, kolaborasi, KKN luar negeri, KKN by research ter-index scopus, dan lain-lain.
Para mahasiswa tentu diberikan keleluasaan untuk memilih varian KKN mana yang akan mereka ikuti. Mereka bebas untuk menentukan jenis KKN yang akan diambil.
Barangkali hal ini sebagai wujud nyata dari spirit 'kampus merdeka', dimana pihak kampus memerdekakan mahasiswa untuk memilih varian KKN yang mereka minati.
Namun, pada dasarnya KKN tetap sebagai bentuk implementasi tridarma perguruan tinggi, yakni pengabdian.
Meskipun mahasiswa diberikan kebebasan dalam memilih jenis KKN yang akan mereka jalani, terkadang para mahasiswa masih merasa kesulitan dalam memahami tujuan dari KKN itu seperti apa.
Gambaran KKN dari tahun ke tahun, base on risalah-risalah perjuangan senior, KKN acapkali diidentikkan dengan membuat program berkelanjutan, menginisiasi gerakan di masyarakat, atau mengadvokasi keresahan masyarakat atas pemerintah.
Pokoknya ideal dan mentereng! Itu semua memang tidak salah, tapi mengingat waktu yang hanya 40 hari, dirasa tidak realistis untuk dilakukan.
Sebagai kaum intelektual, mahasiswa memang dituntut memiliki kepekaan sosial yang tinggi.