Membangun Perdamaian di Timur Tengah: Peran Penting Kaum Muda Palestina dan Israel [sebuah opini]
Perhatian dunia kini terfokus pada dua bangsa yang terus mengalami pergolakan di Timur Tengah: Palestina dan Israel. Konflik yang meletus, kali ini dipicu oleh serangan Hamas (Palestina) terhadap Israel pada tanggal 7 Oktober lalu.
Peristiwa itu akhirnya memicu serangkaian konflik yang melibatkan kedua belah pihak. Saat ini, Gaza, sebagai basis pemerintahan Hamas, telah menjadi medan peperangan yang intens.
Gencatan senjata selama 4 hari (24-28 November) setidaknya memberi sedikit jeda dari pertempuran, namun pada dasarnya, ketegangan tetap masih ada. Semua pihak turut ambil bagian di konflik ini, tua-muda, sipil-militer telah jadi korban. Tak terhitung sudah nyawa manusia melayang akibat konflik Israel-Palestina.
Walau demikian, jika boleh berpendapat salah satu opsi paling baik untuk mengatasi konflik ini justru ada di kaum muda Israel dan Palestina. Mereka harus mampu menjadi pelopor perdamaian, harus mampu membebaskan diri dari dendam, dari kebencian yang terus dikobarkan para pendahulunya.
Penting untuk disadari bahwa tanah Palestina bukanlah milik eksklusif Israel atau Palestina (secara konsep negara). Kaum muda dari kedua belah pihak harus memiliki pikiran progresif, harus bersatu dan harus aktif mencari solusi terbaik untuk bangsa Israel-Palestina.
Pertanyaan mendasar pun muncul: apakah konsep negara bangsa Israel dan Palestina dengan pendekatan ego sentrisnya masih relevan? Mungkin saatnya mempertimbangkan pembentukan negara baru. Sebuah negara gabungan dari kedua bangsa tersebut.
Banyak contoh negara yang telah berhasil bersatu dalam perbedaan, salah satunya Indonesia.
Indonesia adalah salah satu contoh yang baik. Meskipun memiliki keberagaman agama, budaya, adat kebiasaan, dan bahasa, Indonesia terbukti telah berhasil bersatu. Kebersatuan itu pun tidak didasarkan atas kesamaan budaya atau agama, melainkan pada pemahaman/kesadaran bahwa meskipun berbeda, mereka tetap harus hidup bersama.
Semua ini dapat diilhami dari momen sejarah Sumpah Pemuda pada tahun 1928. Perwakilan pemuda dari berbagai wilayah di kepulauan Nusantara bersatu untuk mewujudkan cita-cita bersama, Indonesia merdeka. Ini menunjukkan bahwa keberagaman dapat menjadi kekuatan, bukan kelemahan.