Lihat ke Halaman Asli

Dede Rudiansah

Reporter | Editor | Edukator

Sejarah Sunda Cirebon Bagian 5: Dipati Awangga dan Raden Patah

Diperbarui: 3 Desember 2023   20:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

indonesiatempodoeloe

Di bagian 4 telah diuraikan kisah tentang peristiwa islamisasi yang dilakukan Syarif Hidayatullah di Luragung, Pajajaran, dan Banten. Terangkum dalam 3 subjudul: Mengislamkan Luragung; Mengislamkan Pajajaran dan Banten; serta Kalijaga dan Kembalinya Syarif Hidayatullah ke Mesir. Bagi yang belum membaca Sejarah Sunda Cirebon Bagian 4, bisa dengan mengeklik tautan berikut. kompasiana.com/bagian4

Artikel ini sendiri merupakan rangkuman atas babad berjudul Babad Tanah Sunda Babad Cirebon yang disusun oleh P.S. Sulendraningrat. Dengan spesifik merangkum bab 31 sampai dengan bab 33. Kisah akan berfokus pada peristiwa kembalinya Syarif Hidayatullah dan Putri Rarasantang ke Cirebon hingga pendirian pedukuhan baru bernama Demak. Berikut merupakan kisahnya.

  • Dipati Awangga dan Sepasang Udang

Di bumi pasundan, seorang kesatria yang masih mempunyai darah Prabu Siliwangi bernama Dipati Awangga mendapat petunjuk dari Dewa. Dipati Awangga tinggal di Cianjur dan oleh Sang Dewa ia diminta untuk pergi ke pantai utara. Ia diminta untuk mencari sepasang udang laki-perempuan di sana. Karena perintah itu datangnya dari Dewa maka tidak ada pilihan lain selain menunaikan perintah tersebut.

Setibanya di tempat tujuan, Dipati Awangga segera mencari sepasang udang laki-perempuan. Alangkah terkejutnya ia, di tengah usaha pencariannya itu Dipati Awangga justru malah bertemu dengan dua orang manusia, yang uniknya sedang berjalan di atas air!

Seorang laki dan perempuan, berjalan dengan anggun dari arah utara, mendekat ke bibir pantai bumi pasundan. Keduanya adalah Syarif Hidayatullah dan Putri Rarasantang dari negeri Mesir.

Setelah melakukan perbincangan dan saling memperkenalkan diri maka sadarlah Dipati Awangga bahwa dua manusia inilah sepasang udang laki-perempuan yang sedang ia cari. Dipati Awangga kemudian meminta izin untuk ikut mengabdi. Ia lalu turut serta menemani anak-ibu ini ke Cirebon.

Sesampainya di Cirebon rombongan kecil ini pun disambut dengan penuh gegap gempita, penuh kebahagiaan. Banyak warga yang kemudian menumpahkan rindu kepada dua figur pemimpin yang merupakan anak dan ibu ini. Terlebih kepada Putri Rarasantang yang sudah lama meninggalkan Cirebon dan hidup di negeri Mesir. 

Sementara itu, Dipati Awangga kemudian diberi mandat khusus oleh Syarif Hidayatullah. Karena masih terbilang kerabat dekat dari Prabu Siliwangi Dipati Awangga diminta agar ikut mendampingi keturunan Putri Ong Tien di Luragung, Pangeran Kuningan. Dipati Awangga manut dan bersedia melakukan tugas mulia tersebut. Pergilah ia menuju Luragung.

Selain Pangeran Kuningan, Syarif Hidayatullah sendiri diketahui memiliki anak kandung yang banyak, baik laki maupun perempuan. Salah satu anak perempuannya yaitu Ratna Winaon. Ratna Winaon merupakan istri dari Sunan Kalijaga. Karena sifatnya yang terkenal bijaksana serta tali kekerabatan inilah Sunan Kalijaga pada gilirannya diangkat menjadi wakil imam oleh Syarif Hidayatullah.

  • Raden Patah dan Berdirinya Pedukuhan Demak

Sementara itu di timur bumi pasundan, Sunan Ampel, guru dari Syarif Hidayatullah diketahui telah mempunyai banyak murid. Tidak hanya mereka yang berasal dari kalangan biasa saja, melainkan anak raja, bahkan tak sedikit orang-orang/para saudagar dari luar pulau Jawa! Dua murid Sunan Ampel yang menarik perhatian adalah Raden Patah anak dari Raja Majapahit dan Aryadila keturunan dari Sultan Palembang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline