Lihat ke Halaman Asli

Dede Rudiansah

Reporter | Editor | Edukator

Sejarah Sunda Cirebon Bagian 4: Menghijaunya Luragung, Pajajaran, dan Banten

Diperbarui: 24 November 2023   16:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

indonesiatempodoeloe

Di bagian 3 telah diuraikan kisah perjalanan Syarif Hidayatullah dari Mesir ke Cirebon. Terangkum dalam 3 subjudul: Perjalanan Menuju Rasulullah; Pulang ke Negeri Sang Ibu: Cirebon; kemudian China dan Cirebon Merdeka. Bagi yang belum membaca Sejarah Sunda Cirebon Bagian 3, bisa dengan mengeklik tautan berikut. kompasiana.com/bagian3

Artikel ini sendiri merupakan rangkuman atas babad berjudul Babad Tanah Sunda Babad Cirebon yang disusun oleh P.S. Sulendraningrat. Dengan spesifik merangkum bab 23 sampai dengan bab 30. Kisah akan berfokus pada peristiwa islamisasi yang dilakukan Syarif Hidayatullah di Luragung, Pajajaran, dan Banten. Berikut merupakan kisahnya.

  • Mengislamkan Luragung

Berkat nasihat Pangeran Cakrabuana, Syarif Hidayatullah lalu pergi ke tenggara, ke daerah Luragung dan mulai melakukan islamisasi di sana. Proses "penghijauan" daerah Luragung cukup lancar. Di sana Pangeran Cakrabuana diterima oleh pemimpin Luragung, Ki Gedeng Kamuning.

Ketika di Luragung inilah putri China, Ong Tien tiba di Cirebon. Mengetahui orang yang ditujunya sedang tidak di keraton Cirebon, Putri Ong Tien bersama rombongan lalu kembali mengejarnya ke Luragung.

Singkat cerita, Putri Ong Tien dan rombongan akhirnya tiba di Luragung. Ia yang tengah mengandung itu kemudian melahirkan di Luragung. Putri Ong Tien diketahui melahirkan sebuah bokor kuningan. Bokor yang dulu pernah dijadikan alat untuk menipu Syarif Hidayatullah di China. Walau demikian, tak lama bokor kuningan itu pun secara ajaib berubah menjadi orok manusia.

Syarif Hidayatullah lalu menitipkan bayi ajaib itu ke Ki Gedeng Kamuning. Tak lupa, Syarif Hidayatullah juga mewasiatkan kepada ki Gedeng, bahwa kelak yang akan memimpin daerah tersebut adalah sang bayi. Bayi itu kemudian diberi nama Pangeran Kuningan.

Syarif Hidayatullah lalu pulang ke Cirebon dan menikahi Putri Ong Tien. Namun sayang, tak lama Putri Ong Tien wafat. Atas kejadian tersebut, Syarif Hidayatullah merasa sangat kehilangan.

Di momen inilah ia kemudian bertemu dengan Ratna Babadan lalu menikahinya. Bertemu dan menikahnya Syarif Hidayatullah dengan Ratna Babadan mirip seperti bertemu dan menikahnya Dayang Sumbi dengan Si Tumang, terjadi karena nazar sang perempuan.

  • Mengislamkan Pajajaran dan Banten

Suatu ketika, Syarif Hidayatullah kembali mendapatkan petunjuk dari Pangeran Cakrabuana. Petunjuk agar dirinya bisa mulai mengislamkan kerabat/keluarga Pajajaran. Maka, di detik inilah dimulainya usaha islamisasi di kerajaan Prabu Siliwangi.

Dikisahkan, ketika mengetahui anak serta cucunya berhasil hidup dengan cara Islam, Prabu Siliwangi pun sempat tertarik. Ia bersedia hidup dengan cara Islam. Akan tetapi, ketika melakukan rembugan dengan para pejabat istana banyak yang kemudian tidak menyetujuinya, terlebih seorang pertapa yang berasal dari barat Pajajaran. Ia meminta agar Sang Prabu tidak menerima risalah tersebut. Maka, Prabu Siliwangi pun memutuskan untuk mengurungkan niatnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline