Lihat ke Halaman Asli

Dede Rudiansah

Reporter | Editor | Edukator

Review Budi Pekerti, Film Terbaik di Tahun 2023

Diperbarui: 9 November 2023   14:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

jadwalnonton.com

Budi Pekerti, sebuah film yang layak mendapatkan apresiasi luar biasa. Simpel, sederhana, namun syarat akan pesan dan renungan. Jika boleh mengutip bebas pernyataan Dwi Sasono--salah satu aktor di film ini--Budi Pekerti bukan sekadar film, tapi cahaya yang sangat bisa mengubah hidup seseorang.

Sedikit hiperbola, tapi memang itu jugalah yang saya rasakan. Budi Pekerti hadir dengan kisah yang sangat dekat dan relate. Soal fenomena viral di media sosial, soal media/konten klickbait, sampai dengan persoalan metode mendidik dan otoritas guru di dunia pendidikan. Para guru wajib nonton ini.

Penuh filosofi, dalam, dan penuh dengan unsur-unsur semiotik. Walau demikian, bukan berarti film ini sulit dicerna, njelimet, dan bikin mumet. Justru, film ini sangat renyah dan mampu dinikmati dengan tanpa mengernyitkan dahi. Yang mesti diwaspadai dari film ini hanya satu, bahwa Budi Pekerti mampu mengoyak-ngoyak perasaan dan menderaskan air mata. Khususnya anda para guru, jadi waspadalah.

  • SINOPSIS

Film Budi Pekerti sendiri bercerita tentang seorang guru BK (bimbingan konseling) bernama Bu Prani yang viral karena video perseteruannya dengan seorang pesepeda sombong di pasar Yogyakarta. 

Bersama kedua anaknya, Bu Prani berusaha menyelesaikan masalah yang timbul dari video yang konon tidak ber-Budi Pekerti itu. Namun begitulah, persoalan yang kadung viral di dunia maya tidak akan sirna dengan mudah. Ia akan terus menggelinding ke sagala arah dan jika tidak disikapi dengan tepat perlahan namun pasti akan merunyamkan kehidupan.

Menampilkan Sha Ine Febriyanti sebagai Bu Prani; Angga Yunanda sebagai Muklas; Prilly Latuconsina sebagai Tita; Dwi Sasono sebagai Pak Didit; Omara Esteghlal sebagai Gora; dan Ari Lesmana sebagai Tunas. Sementara itu duduk di bangku Sutradara sekaligus Penulis Cerita, Wregas Bhanuteja sineas muda asal Yogyakarta.

  • KEPINCUT SINEMA WREGAS

Wregas merupakan sutradara film yang terkenal gemar menghadirkan simbol-simbol penuh makna di setiap karyanya. Sekadar berbagi pengalaman, saya pertama kali mengenal/tahu Wregas Bhanuteja ketika ia muncul di pemberitaan nasional pada tahun 2016. Ia muncul karena di tahun itu film pendeknya yang berjudul Prenjak berhasil berhasil memenangkan Festival Film Cannes di Prancis.

Walau demikian, saya pribadi tahu karya Wregas secara utuh justru bukan dari Prenjak, melainkan dari film pendek Wregas lainnya, yaitu Lemantun (Prenjak sendiri setahu saya belum ditayangkan secara luas dan masih tayang terbatas, festival ke festival). 

Dari film yang diproduksi tahun 2014 inilah saya menemukan keunikan dan keajaiban sebuah sinema. Bahwa ternyata kisah sederhana jika dikemas dengan sedemikian apik ternyata bisa sangat "nendang". Minimalis dan semua adegannya efektif, itulah kesan saya ketika menyaksikan film Lemantun. Bagi yang belum bertemu keluarga Mas Tri di Lemantun, mereka ada di Youtube. 

Dari Lemantun kemudian ke Penyalin Cahaya (2021). Penyalin Cahaya merupakan film panjang pertama Wregas. Ceritanya menarik dan sedikit ada unsur-unsur surealnya. Jika dibandingkan dengan film sebelumnya sangat luar biasa. Dari sinilah makin mengukuhkan penilaian saya bahwa Wregas Bhanuteja memang bukan sutradara kaleng-kaleng.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline