ESTETIKA PERTUNJUKAN TEATRIKALISASI PUISI "SAJAK ORANG LAPAR- W.S RENDRA" OLEH TEATER TERAK
Rivaldi Anwar, 27 November 2021
Estetika pertunjukan teatrikalisasi puisi "Sajak Orang Lapar- W.S Rendra" oleh Teater Terak. Terdapat tiga unsur yang dikemukakan oleh Djelatik melalui Rabani yaitu mengenai wujud atau rupa, bobot atau isi, dan penampilan atau penyajian.
Aspek nilai estetis dari segi wujud atau rupa yang dapat dilihat melalui unsur pembentuk dan pendukung pertunjukan teatrikalisasi puisi "Sajak Orang Lapar- W.S Rendra" yaitu: tema, plot/alur cerita, tokoh dan penokoan, dialog/bahasa, setting/latar, tata rias, tata busana, tata suara, tata panggung, dan pencahayaan.
Aspek nilai estetis yang terdapat pada bobot atau isi adalah pertunjukan teatrikalisasi puisi "Sajak Orang Lapar- W.S Rendra"memiliki suasana tegang dan mistis dalam pertunjukannya sehingga perpaduan tersebut mampu menimbulkan kesan yang tidak membosankan ketika dipertontokan. Suasana pertunjukan teatrikalisasi puisi "Sajak Orang Lapar- W.S Rendra" dibangun dari penjiwaan atau penghayatan yang dilakukan oleh para pemain. Pemain pertunjukan teatrikalisasi puisi "Sajak Orang Lapar- W.S Rendra" harus melakukan penghayatan yang utuh seperti penghayatan terhadap karakter tokoh/peran dan ekspresi yang harus dimunculkan agar lebih membangun suasana pertunjukan.
Mengenai sebuah pesan yang ingin disampaikan atau penulis menyebutnya amanat, amanat pada pertunjukan teatrikalisasi puisi "Sajak Orang Lapar- W.S Rendra" tidak secara langsung tersampaikan melalui penggambaran para tokoh-tokoh akan tetapi pesannya itu tersampaikan secara tersirat melalui alur ceritanya. Nilai keindahannya akan muncul dengan mengetahui keseluruhan dari alur cerita sebuah pertunjukan teatrikalisasi puisi "Sajak Orang Lapar- W.S Rendra". Amanat yang ingin disampaikan dalam pertunjukan teatrikalisasi puisi "Sajak Orang Lapar- W.S Rendra" yang dipentaskan oleh Teater Terak ini melalui kisah kehidupan yang menggambarkan orang miskin yang sangat kelaparan, peneliti mengibaratkannya sebagai pengemis perempuan dan pengemis bertopi yang saling merebutkan makanan.
Keduanya saling merebutkan dan bahkan sampai hilang kendali sebagai manusia, keduanya saling menghakimi satu sama lain bagaikan burung gagak yang kelaparan. Kita bisa perhatikan seekor burung gagak yang lapar mereka akan memakan apa saja yang ada dihadapan mereka, tidak peduli lawan atau kawan yang penting burung itu merasa kenyang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H