Saat ini membaca bisa dipandang sebagai kegiatan penting dalam kehidupan bermasyarakat. Karena membaca seseorang dapat dengan mudah memahami kata yang diutarakan seseorang. Hampir setiap aspek kehidupan melibatkan kegiatan membaca. Membaca juga menambah pengetahuan serta memberikan suatu wawasan baru dalam kehidupan. Meskipun kegiatan membaca akan memberikan dampak positif bagi kita namun masih sering ditemukan masalah sulitnya menumbuhkan minat membaca khususnya pada anak-anak. Kegiatan membaca tersebut sudah diterapkan sejak anak-anak duduk dibangku sekolah. Seharusnya pembelajaran membaca ini mampu meningkatkan kecerdasan siswa yang multak harus dikuasai agar dapat mengembangkan diri secara berkelanjutan. Dengan dasar kemampuan itu, siswa dapat menyerap berbagai ilmu pengetahuan yang sebagian besar disampaikan melalui tulisan. Berdasarkan dari sebuah pengamatan disekolah dasar dalam proses suatu mata pelajaran bahasa Indonesia pada khususnya dalam pemahaman membaca wacana begitu banyak kendala yang sering ditemukan dalam penguasaan membaca siswa seperti :
1. Kurang minat siswa dalam membaca sebuah bacaan
2. Para siswa tidak memahami isi dari bacaan yang sudah baca
3. Siswa kurang berkonsentrasi dalam kegiatan membaca
4. Bacaan yang kurang menarik
Permasalahan tersebut disebabkan karena kurangnya kesesuaian bahan bacaan yang tersedia dengan minat baca yang dimiliki serta kegiatan pembelajaran yang kurang menarik perhatian para siswa. Hal ini akan sangat berpengaruh pada kemampuan siswa dalam membaca. Berdasarkan masalah tersebut perlu diadakan usaha dalam peningkatan belajar siswa untuk memahami wacana dengan perbaikan pendekatan dan berbagai metode pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dengan penerapan model peta pikiran (Mind Mapping) diupayakan agar menarik perhatian dan minat siswa, mendukung kegiatan para siswa dalam menemukan ide pokok pikiran dalam wacana sehingga siswa mampu memahami isi bacaan dari wacana tersebut. Oleh karena itu, dengan penerapan model peta pikiran (Mind Mapping) bisa dianggap sebagai cara alternatif untuk meningkatkan keterampilan bahasa siswa terutama dalam hal pemahaman membaca. Model pembelajaran Mind Mapping tersebut pernah juga menjadi andalan oleh Tony Buzan (2009:27) seorang Psikolog dari Inggris, dengan menyatakan Mind maping dapat mengungkapkan pikiran-pikiran secara cepat dan efektif.
Oleh karena itu, pemahaman membaca merupakan suatu proses yang dilakukan untuk memperoleh pesan atau untuk membangun pemahaman yang lebih dalam terhadap sebuah wacana. Adanya model Mind mapping atau peta pikiran yang menggunakan pengingat-pengingat visual dan sensorik dalam suatu pola dari ide-ide yang berkaitan, seperti peta jalan yang digunakan untuk belajar siswa, dapat membangkitkan sebuah ide-ide orisinil dan memicu ingatan siswa serta minatnya dalam pemahaman membaca disekolah dasar. Selain itu Mind Mapping juga dapat membantu anak untuk mengingat, mendapatkan ide sebagai media permainan serta untuk menuangkan imajinasi sehingga memunculkan berbagai kreatifitas.
Mind Maping pertama kali dikembangkan oleh Tony Buzan, seorang Psikolog dari Inggris. Beliau adalah penemu Mind Map (Peta Pikiran), Ketua Yayasan Otak, pendiri Klub Pakar (Brain Trust) dan pencipta konsep Melek Mental. Mind map diaplikasikan dibidang pendidikan, seperti teknik, sekolah, artikel serta menghadapi ujian. Mind Maping dapat diartikan sebagai proses memetakan pikiran untuk menghubungkan konsep-konsep permasalahan tertentu dari cabang-cabang sel saraf yang membentuk korelasi konsep menuju pada suatu pemahaman dan hasilnya dituangkan langsung diatas kertas dengan animasi yang disukai dan gampang dimengerti oleh pembuatnya. Sehingga tulisan yang dihasilkan merupakan gambaran langsung gambaran langsung dari cara kerja koneksi-koneksi didalam otak anak. Menurut Tony Buzan, Mind Maping dapat membantu kita untuk banyak hal seperti : merencanakan, berkomunikasi, menjadi lebih kreatif, menyelesaikan masalah, memusatkan perhatian, menyusun dan menjelaskan pikiran-pikiran, mengingat sesuatu dengan baik, belajar lebih cepat dan efisien serta melatih gambar keseluruhan.
Otak manusia tidak menyimpan informasi dalam kotak-kotak sel saraf yang tersusun rapi, melainkan dikumpulkan pada sel-sel saraf yang bercabang-cabang, jadi apabila dilihat sekilas tampak seperti sebuah cabang-cabang pohon. Fakta tersebut, dapat disimpulkan apabila kita menyimpan informasi seperti cara kerja otak siswa, maka akan semakin baik informasi yang tersimpan diotak dan hasilnya tentu akan memudahkan kita dalam belajar.
Mind mapping merupakan sebuah cara untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambilnya kembali ke luar otak. Bentuk mind mapping seperti sebuah peta jalan dikota yang mempunyai banyak berbagai cabang. Sama seperti halnya peta jalan kita bisa membuat pandangan secara menyeluruh tentang pokok masalah dalam suatu area yang sangat luas. Dengan sebuah peta kita bisa merencanakan sebuah rute yang tercepat dan tepat, mengetahui kemana kita akan pergi dan dimana kita berada. Mind mapping bisa disebut sebuah peta rute yang digunakan ingatan, membuat kita bisa menyusun fakta dan berbagai fikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja otak kita yang alami akan dilibatkan sejak awal sehingga mengingat informasi akan lebih mudah dan bisa diandalkan dari pada menggunakan teknik mencatat biasa.
Mind mapping disebut peta pikiran, adalah salah satu cara mencatat materi pelajaran yang memudahkan siswa dalam belajar. Mind mapping bisa juga dikategorikan sebagai teknik mencatat kreatif. Dikategorikan ke dalam teknik kreatif karena pembuatan mind mapping ini membutuhkan pemanfaatan imajinasi dari si pembuatnya. Siswa yang kreatif akan lebih mudah membuat mind mapping ini. Begitu pula, semakin seringnya siswa membuat mind mapping, dia akan semakin kreatif. Dengan mind mapping daftar informasi yang panjang bisa dialihkan menjadi diagram warna-warni, sangat teratur dan mudah diingat dengan cara kerja otak dalam melakukan berbagai hal. Model peta pikiran, kita dapat melihat hubungan antara satu ide dengan ide yang lainnya dengan tetap memahami konteks. Ini akan mempermudah otak untuk memahami dan menyerap informasi karena cara kerja mirip dengan cara kerja otak koneksi di dalam otak manusia.
Proses menuangkan pikiran menjadi tidak beraturan ketika anak-anak terjebak dalam model menuangkan pikiran dengan cara yang kurang efektif, sehingga kreatifitas tidak muncul. Masalah lain yang muncul ketika siswa berusaha mengingat kembali apa yang sudah didapatkan, dipelajari, direkam, dicatat, atau yang dulu pernah diingat. Model dikte atau mencatat semua yang dibacakan atau mengingat kembali isi bacaan, menghafal berbagai kata penting dan arti kata yang terjadi dalam proses belajar mengajar disekolah ataupun dimana saja menjadi kurang efektif ketika tidak didukung oleh kreatifitas pendidik atau siswa itu sendiri. Model dikte atau mencatat semua yang dibacakan dan mengingat kembali isi bacaan, menghafal kata-kata penting dan arti kata yang terjadi dalam proses belajar mengajar disekolah atau dimana saja menjadi kurang efektif ketika kreatifitas tidak didukung oleh pendidik atau siswa itu sendiri.
Daftar Rujukan :
W.J.S. Porwadarminta. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka).
Nana Sudjana. 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya).
Ngalim Purwanto. 1997. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. (Bandung: Remaja Rosdakarya).
Anas Sudijono. 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada).
Harjasujana, A.S. & Damaianti, V.S. 2003. Membaca dalam Teori dan Praktik.Bandung: Mutiara.
Kridalaksana, Harimurti. 1985. Tata Bahasa Deskriptif Bahasa Indonesia: Sintaksis. Jakarta: Pusat Pembinaan den Pengembangan Bahasa.
Syafi'ie, Imam. 1999. Pengajaran Membaca Terpadu. Bahan Kursus Pendalaman Materi Guru Inti PKG Bahasa dan Sastra Indonesia. Malang: IKIP
Buzan, T. (2012). Buku pintar mind map. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.Carin, A.A. & Sund, R.B. (1989).