Lihat ke Halaman Asli

Mozaik Serpihan

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hatiku pernah jatuh pecah berserakan
serpihannya berloncatan jauh
melukai sebahagian ragaku
ketika itu aku tidak memiliki potensi
sangat lemah hanya terpaku dalam kebisuan
otot dan daging seluruh raga serasa di-iris perih
sekujur tubuh
raga terasa lunglai, seakan tak ada penopang
seluruh tubuh panas terpanggang di atas tungku
badan gemetar bergemeletuk
menahan marah
panas yang menghantar merah darahku
mengalir berdesir keseluruh tubuh
memberi kalor sehingga jiwaku hidup
memberi gairah walau hujan tak henti mengguyur
pergantian waktu merekatkan serpihan hati yang pecah
namun hati ini tak se-utuh dulu
walau bentuk dan besarnya sama
tetapi serpihan hati ini lebih tajam
membentuk ke-indahan baru
pada sisi dan dinding yang baru
Pergantian waktu merekatkan serpihan hati yang pecah
namun tidak kembali utuh seperti semula
mozaik serpihan itu lebih tajam
membentuk keindahan baru
membawa gradasi pada merah
dalam bentuk dan besar yang sama

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline