Lihat ke Halaman Asli

Hikmah dan Nikmat

Diperbarui: 17 Juni 2015   14:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hikmah dan Nikmat

Terasa menusuk memang, setelah berusaha total dan tahu bahwa diriku mempunyai kualitas yang baik, tahu pula bahwa nilaiz- nilai yang ku peroleh terbaik dalam kompetisi itu, beberapa teman- teman memberi dukungan, memprediksi aku akan lulus. Semua prediksii dan dukungan teman tidak membuat aku takabur, aku tetap berusaha menyiapkan diri dari semua sektor untuk mengikuti kompetisi ini. Semua pihak menjagokan aku.Tetapi ternyata Alloh memberiku rixqi yang lain, ketika diumumkan hasil kompetisi tersebut " Aku tidak lulus". Sebagai manusia biasa aku merasakan sakitdan kecewa.

Ketika aku menerima pengumuman itu terasa wajahku menjadi panas, tapi tidak berdaya, karena aku tahu persis bahwa keputusan penilai tidak bisa diganggu gugat. Selain istighfar sebanyak- banyaknya aku hanya diam, menenangkan hati, menegarkan diri dengan sisa kepercayaan yang aku miliki. Aku bertekad, aku akan instrofeksi dan memperbaiki apa yang kurang pada diriku. Dari sikap, kualitas dan pengamalan relegius dan moralku. Untuk memperoleh itu tentu aku harus lebih giat, lebih gigih, dan tawaqal. Mulailah melebarkan sayap dengan banyak silaturahim, dalam komunitas yang linier dengan profesiku, alhamdulillah mereka menyambut.

Tak pernah aku ceritakan kepada orang lain, ibu, saudara atau anak-anakku. Bahwa aku tidak lulus. Aku diam saja seakan tak pernah ada yang terjadi, sampai hari ini, aku tidak tahu apakah mereka tahu apa yang aku alami?
Bagaimana rasa sakitku, menerima kenyataan itu, bagaimana rasaku menerima pengumuman hasil kompetisi itu, aku secara pribadi tahu betul apa yang menjadi pertimbangan mereka, dan apa yang terjadi, semuanya. Tahu kenapa tidak lulus, tetapi harus bagaimana?
Aku tidak punya pilihan, selain memadrahkan pada Illahi, Tuhanku Maha Tahu yang terbaik untukku, aku menerima Keputusanya sebagai taqdirku, karena aku sudah berusaha total. Sebagai manusia yang banyak keterbatasan dan dosa aku hanya minta kekuatanMu . ya, Alloh, ingin jadi manusia yang luhur, yang diberikan keluasan ikhlas.

Keikhlasanku setiap hari mengobati sakit dan perih, yang tergores dalam hati, bukan tidak memaafkan tapi sulit melupakan semua. Pembelajaran yang kuperoleh merupakan azimat sakti, untuk bekal yang punya nilai maha besar. Tak dapat dinominalkan, tak dapat kita beli, hanya diperoleh ketika mengarungi lautan kehidupan. Ketika seperti ini kita tahu, mana sahabat sejati, mana teman, mana lawan dalam selimut kita. Inilah kenikmatan kompetisi. Dan aku harus siap menang dengan tafakur, dan kalah dengan tawadu.

Subhanalloh, hari-demi hari, berjalan dengan lancar, reputasiku lebih baik, luka yang terasa sakit dan perih terobati, kedewasaanku bertambah, pengalaman memecahkan dan mencari solusi lebih bijaksana, ini " hikmah dan nikmat" yang kuperoleh dari sebuah kegagalan. Aku yakin taqdir-Mu lebih baik dari keinginanku. Aku hanya minta kekuatan dari-Mu untuk memahami ini semua sebagai anugrah-Mu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline