Lihat ke Halaman Asli

Wujud Cintamu 10

Diperbarui: 17 Juni 2015   12:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sebelum dirimu berangkat kerja, diriku minta izin untuk pergi ke kota, karena ingin membeli beberapa buku dan beberapa potong kain dengan perlengkapan menjahit. Seperti biasa dirimu keberatan, tapi sekali ini diriku minta di izinkan dengan berangkat sendiri. Dari dulu ketika anak-anak, remaja, sampai sudah menikah sekarang pun tidak pernah pergi belanja sendiri, sekarang diriku ingin mampu sendiri, ingin bisa seperti orang lain, mengucap “bismillahirrohmanirrohim”, sangat ikhlas dari sanubari yang dalam, diawali dengan membeli beberapa buku kemudian mencari beberapa potong kain katun bermotif dan perlengkapan menjahit. Sepanjang jalan diriku memberi tanda toko-toko yang dapat disinggahi suatu hari. Setelah selesai langsung pulang, ternyata lelah juga ke pasar, mungkin karena diriku sedang berbadan dua. Rumah kosong, mamih tidak ada ketika diriku pulang, mungkin pergi mengaji atau berkunjung ke rumah anak-anaknya. Mamih memiliki anak delapan orang, selang-sekar kata orang sunda. Yang pertama perempuan, kemudian dirimu,perempuan lagi, terus laki-laki, perempuan lagi, dan seterusnya sampai semuanya delapan orang, keluarga besar. Diriku senang kalau mereka berkunjung, rumah menjadi ramai dan ceria. Ketika diriku akan masuk kamar, melihat kendaraan yang membawa mamih masuk halaman rumah, pintu mobil di buka, mamih turun dengan beberapa kantong kecil, aku melihatnya dari dalam, depan kamar tidurku. Tidak lama sopir membuka bagasi dan menurunkan beberapa kantong besar, entah apa isinya. Satu- persatu barang di bawa ke dalam oleh sopir, sepertinya berat. Aku perlahan masuk kamar, merebahkan badan. Terpikir olehku mungkin mamih mengikutiku ke pasar. Tapi biarlah, diriku ingin istirahat sekarang. Diriku bersyukur mulai mampu melakukannya sendiri ke pasar dan menjahit beberapa potong baju. Mulanya menjahit dengan ukuran badanku, L dan XL kemudian ku undang beberapa teman datang ke rumah untuk mempromosikan baju- baju yang diriku jahit. Alhamdulillah mereka menyambut gembira, tentu senang sekali. Ini afresiasiku, mulailah diriku berani menjahit lebih banyak. Diriku mulai membuat program kerja dan membuat rencana lebih matang. Pesanan baju mulai meningkat, ternyata teman-teman membawa saudaranya, teman-temannya, tidak sengaja mereka mengenalkan produk-produk hasil kerjaku. Alhamdulillah, pakaian yang diriku jahit mulai ramai dipake orang. Memang belum banyak, tetapi sudah ada yang mulai fanatik dan ini menjadi asset untuk diriku. Maka diriku mulai merencanakan untuk merekrut pegawai dan mencari ruang kerja sendiri. Alhamdulillah dirimu memberi izin, dengan dukungan dan doa bersama usaha rumah yang diriku kelola mulai berkembang, sangat bersyukur pada Illahi keberanian diriku mulai mendatangkan hasil. Sekarang tidak lagi pergi ke pasar untuk membeli kain, perlengkapan menjahit, cukup telfon semua kain, dan keperluan yang diperlukan di kirim, ada pegawai toko langganan atau dari distributor melalui supliernya yang mengorder, mengirim barang ke tempat kerja diriku. Dirimu membuatkan bangunan kecil dua lantai, ukuran 10x10 meter, dilengkapi beberapa mesin jahit dan obras, pelubang kancing dan ruang setrika. Alhamdulillah, subhanalloh, Nikmat yang Engkau berikan pada diriku dan keluarga. Semoga berkah. Sore ini mamih mengundang pengajian untuk mengadakan tasyakuran, selamatan bangunan baru untuk usaha diriku. Semoga mengangkat derajat dan menjadi lahan ibadah baru kami, aamiin.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline