Pagelaran akan dimulai sedikit lagi, terlihat orang-orang sibuk mempersipakan pagelaran. Lakon Gathutkaca didalangi oleh Ki Kasmin Guno Prayitno. Pagelaran sudah dimulai dengan durasi tiga jam lebih. Terasa sangat kental nuansa Jawa, seperti tembang-tembang yang dinyanyikan, musik gamelan, dan tentu menggunakan bahasa Jawa dalam lakonnya.
Setelah tiga jam lebih menonton pagelaran wayang "Gathutkaca Wisuda" yang didalangi oleh Ki Kasmin Guno Prayitno bisa ditarik sinopsis lakon ini. Kerajaan Pringgondani sedang kekosongan takhta raja. Para Pandawa mengusulkan agar Gathutkaca untuk wisuda menjadi raja. Sebab sebelum itu, Gathutkaca pernah mengalahkan Raja Pringgondani sebelumnya, yaitu raja Arimba ialah kakek Gathutkaca itu sendiri. Gathutkaca adalah anak dari Bima dan Arimbi, Arimbi sendiri adalah salah satu anak dari raja Arimba.
Sudah dijadwalkan hari di mana Gathutkaca akan wisuda, namun masalah bermulai dari sini. Raja Duryudana dari kerajaan Hastina mengetahui hal tersebut, Raja Duryudana tidak senang dengan pengangkatan Gathutkaca, karena dia adalah Kurawa yang mana adalah musuh para pandawa dan salah satunya adalah ayah Gathutkaca. Raja Duryudana memerintahkan Patih Sengkuni untuk menghasut salah satu anak raja Arimba, yaitu Raden Brojodento untuk agar ia yang layak menduduki kursi ayahnya. Raden Brojodento berhasil terhasut oleh Patih Sengkuni, padahal anak-anak Raja Arimba sudah sepakat bahwa Raja selanjutnya adalah putra Arimbi.
Raden Brojodento berangkat menuju kerajaan Pringgondani atas saran dari Patih Sengkuni tepat di hari wisuda Gathutkaca. Dengan berapi-api Raden Brojodento langsung menantang keponakannya sendiri. Perkelahian tidak bisa dibendung, Raden Brojodento bertarung melawan Gathutkaca. Dengan perkelahian yang sengit, Gathutkaca telah dikalahkan oleh Raden Brojodento. Melihat kekalahan itu, salah satu anak Raja Arimba bernama Raden Brajamusti tidak menerima dengan hal itu. Raden Brajamusti menganggap kakaknya Raden Brojodento telah melanggar kesepakatan anak-anak Raja Arimba. Raden Brajamusti diam-diam membantu Gathutkaca dengan bergabung menjadi tangan Gathutkaca. Pertarungan dimulai lagi, pada akhirnya Raden Brojodento kalah dan tewas dalam pertarungan dan Raden Brajamusti juga tewas. Raden Brajamusti berubah menjadi ajian milik Gathutkaca dan Gathutkaca resmi wisuda menjadi Raja kerajaan Pringgondani.
Dapat ditarik pesan moral dalam lakon wayang "Gathutkaca Wisuda" menyampaikan kepada para penikmat wayang untuk tetap berani dalam menghadapi tantangan apapun dalam hidup. Kita pasti akan mendapatkan apa yang sudah menjadi hak kita, hanya perlu mengambil sikap berani yang telah ditunjukkan tokoh Gathutkaca. Selain sebagai nasihat hidup dalam lakon ini. Patut diketahui bahwa lakon wayang adalah warisan nenek moyang bangsa Indonesia. Kita harus menjaga agar tidak punah, khususnya bagi generasi muda. Cerita-cerita dalam wayang juga tidak kalah keren dibandingkan cerita-cerita rakyat negara lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H