Lihat ke Halaman Asli

Gelagat Feminisme dalam Aksi Teroris di Surabaya

Diperbarui: 15 Mei 2018   21:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sejatinya, feminisme merupakan paham di mana wanita memiliki keinginan untuk disetarakan, paham ini sudah muncul di awal abad ke-19 berbagai gejolak mewarnai aksi gerakan feminisme. Naasnya, feminisme diam-diam juga masuk dan menyelubungi aksi terorisme.

wanita yang diagungkan dalam agama islam mendadak muncul bak superhero kesiangan, meledakkan dirinya menganggap bahwa dirinyalah ksatria sejati kelak masuk syurga. radikalisme kini tidak muncul lagi sembunyi-sembunyi namun terang-terangan dalam propagandanya di banyak kampus tanah air dan kini korbannya bukan lagi para pria tapi para wanita.

Dalam islam sendiri sebetulnya bertolak belakang dengan paham feminisme, yakni wanita memang sejatinya sudah mulia maka tidak perlu lagi aksi gembar gembor menuntut kebebasan wanita. Islam sudah begitu menganggukan wanita, dengan mengatakan bahwa "ibumu, ibumu, ibumu," sebanyak 3 kali dari ayahmu. Ini dapat diartikan sungguhlah Islam meletakkan wanita di tempat tinggi dan mulia.

Aksi terorisme yang dilakukan saudari Puji Kuswati (42) bersama suaminya Dita Oepriarto (46) mahasiswa DO dari Unair Fakultas Ekonomi Prodi Manajemen Pemasaran ini melibatkan anak-anak mereka. Yaitu, Yusuf Fadhil (18), Firman Halim(16), Fadhila Sari (12) dan Famela Rizqita (9) mereka sekeluarga menjadi pelaku bom di 3 gereja di Surabaya pada beberapa hari yang lalu seperti yang dilansir dalam Kumparan.com.

Pengeboman yang dilakukan Puji Kuswati bisa jadi merupakan salah satu aksi feminisme yang diam-diam diselubungkan dalam aksi terorisme kemarin. Wanita seyogyanya bersikap lemah lembut, ramah, berperangai baik justru turun ke lapangan yang dia anggap medan perang dan meledakkan bom bunuh diri, bukan hanya seorang diri namun membawa anak-anaknya. 

Aksi Feminisme yang dilakukan Puji Kuswati ini bisa memicu aksi terorisme lainnya yang tidak kalah besar, bagaimana tidak? wanita dan anak-anak maju ke medan perang (anggapan mereka) ini bisa menjadi pemantik api jiwa-jiwa terorisme untuk dapat melancarkan aksi lebih ekstrem, barang kali mereka berpikir, "wanita bahkan anak-anak saja bisa, masa saya sebagai pria tidak bisa?" 

Sebaiknya warga dan pemerintah jangan sampai lengah, kita sebagai warga bisa melakukan pencegahan terorisme dengan cara memperhatikan dengan jeli sekitar kita, namun bukan suuzon pada semua wanita bercadar sebab tidak semua wanita bercadar adalah teroris. Hanya saja, kita perlu waspada apakah ada gerakan yang mencurigakan di wilayah kita. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline