Terkadang kita selalu memikirkan dan melihat segala sesuatu dari sudut pandang kita, dari maunya kita. Sehingga kita tidak mampu menerima berbagai alasan dan sanggahan orang lain. Jika hal itu kita rasa tidak enak buat kita, kita menolak, kita merasa tertipu dan menjadi korban.
Kadang ukuran diri kita lah yang kita anggap hukum yang berlaku, dan ketika hal itu tidak sesuai dengan hukum kehendak kita, kita merasa tersingkirkan.
Tapi, apakah ukuran yang kita buat memang layak untuk kita? atau hanya egoisme kita saja yang menjadi penjara pikiran kita?
Ketika rezeki datang kita merasa memang sudah seharusnya, kita kadang lupa menatap ke atas berucap syukur.
Namun ketika rezeki itu batal, kita langsung tergeletak tidak berdaya, segera menunduk lesu sambil bergumam "kenapa seperti ini ya Allah?"
Hidup tidak selalu berjalan lurus seperti cerita sinetron, meskipun sinetron sekarang ceritanya rada aneh.
Jangan berharap segala yang terencana akan selalu lancar. Jalan tol yang katanya bebas hambatan aja macetnya bikin migrain dan kadang bikin nyesel.. "Jir kenapa tadi masuk tol.. argghhh !!" akibatnya macet yang tidak bisa dihindari pun di lalui dengan caci maki.
Kadang kita butuh waktu untuk menarik diri dari ego kita, tidak mudah memang, tapi patut di coba. Sehingga ketika ada hal yang tidak sejalan kita tidak buru-buru mencak-mencak, dan buat status WA seolah Allah menghukum kita..
Jangan GR dulu.. Gusti Allah belum tentu memikirkan mu.. kamu aja yang sedikit-sedikit merasa terdzolimi..
Hidup Ini Satu Paket.
Kalau selama kita di dunia dan ada nafasnya ya apapun yang terjadi baik itu sesuai yang senang atau bikin sedih ya sudah satu paket.
Tidak ada opsi buat ambil yang senangnya aja. Lah wong kalau beli paket internetan aja udah dibagi-bagi kan? Yang tulisannya 10 Giga taunya buat internetan cuma 2 GB, sisanya buat nonton inilah, buat paket itulah, buat jam malam lah..
Terima aja, jangan menghardik kehidupan.
Mau ditangisi sampai mata bengkak pun tidak mengubah keadaan kan? yang ada bikin sinus.