Lihat ke Halaman Asli

DW

Melihat, Mendengar, Merasa dan Mencoba

Saatnya Lebih Serius dalam Hidupmu

Diperbarui: 20 Juni 2023   11:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pexels-raghav-bhadoriya-2789166

"Hidup itu dibawa santai, jangan terlalu berat memikirkan masa depan, yang penting hari ini.."
"Buat apa sih kita ngoyo-ngoyo, harta kan gak dibawa mati.."

Dulu ketika usia saya memasuki kepala 3 mungkin statement ini masih mengental dan bisa menjadi acuan, namun ketika memasuki kepala 4, rasa-rasanya kita harus modifikasi kalimat ini.

"Hidup itu penuh kejutan, sebaiknya kita perlu mempersiapkan diri untuk masa depan, karena apa yang kita terima hari ini bisa jadi akan kurang di masa depan."
"Harta memang tidak dibawa mati, harta kita siapkan untuk mereka yang kita cintai, agar kita tenang ketika harus pulang."

Memasuki phase kehidupan di usia kepala 4 ini memang berbeda sekali, vibenya seperti bapak-bapak kebanyakan, sudah mulai kepikiran penyakit, kuatir dengan apa yang dikonsumsi, gampang pegel-pegel dan lebih suka jadi orang rumahan ketika weekend.
Ditambah anak pertama yang sudah beranjak remaja, akan masuk SMP dan mulai mengenal "rasa suka" dengan lawan jenis.

Momentum ini yang kadang menyubit, bahwa sudah saatnya saya harus lebih serius dengan hidup ini, bahwa hidup ini harus dipertanggung jawabkan kelak. Keluarga yang kita bangun bukan hanya butuh figur ayah, namun juga butuh dana. Apalagi saya termasuk orang yang ingin anak-anak saya mendapatkan pendidikan yang jauh lebih baik dari saya dan istri.

Sehingga, harus dimulai sebuah journey plan yang baru, yang terancang dengan matang. Tidak asal "hidup", namun ada bekal.
Pahami bahwa hidup ini akan berakhir, pahami bahwa anak-anak kita harus tetap hidup ketika kita sudah dikubur, maka pertanyaan terbesar adalah.."Apakah anda sudah mempersiapkan bekal yang cukup untuk mereka?"

Naif memang jika berkata bekal ilmu dan moral jauh lebih berharga daripada harta, namun di masa yang serba transaksi seperti ini, harta menjadi komoditi utama yang bisa membuka gerbang masa depan mereka.

Ini hanya ungkapan hati bapak-bapak yang masuk ke kepala 4, mohon maaf jika terkesan heroik.

Salam,
DW 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline