Lihat ke Halaman Asli

Deddy Husein Suryanto

TERVERIFIKASI

Content Writer

Ketika Pembalap Sehebat Marc Marquez Bisa Krisis Kepercayaan Diri, Bagaimana Kita?

Diperbarui: 13 April 2022   19:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Marc Marquez di kualifikasi MotoGP COTA 2022 (9/4). Photo by: AFP/Mirco Lazzari GP/via Kompas.com

Tiap orang pasti punya masalah. Ibarat sebuah rumah, di dalamnya pasti ada perkara. Entah, kadarnya besar atau kecil, lingkupnya individu maupun sosial.

Tiap masalah itulah yang kemudian bisa menimbulkan efek dua sisi. Bisa membuat seseorang menjadi buruk dan lemah, bisa pula membuat seseorang menjadi baik dan kuat.

Kadar masalah juga dapat membuat seseorang menanggapinya secara berbeda. Biasanya, makin rumit, makin tidak bisa dihadapi dengan santai. Makin lama masalah itu menyertai kehidupan seseorang, juga bisa membuat orang tersebut makin susah melupakan.

Ketika masalah susah dilupakan, maka pengaruhnya bisa panjang, yakni menumbuhkan efek traumatis. Traumatis seseorang terkadang bisa menjadi lelucon dan dianggap sepele bagi orang lain yang tidak mengalaminya, namun bagi yang mengalami, traumatis adalah mimpi buruk luar biasa yang bisa hadir kapan saja, alias tidak hanya saat tidur.

Orang yang punya traumatis tertentu juga punya dua cara. Menghadapinya untuk melawan dan mengalahkan trauma tersebut. Atau, melupakannya dengan cara mencari hal baru untuk membangun pondasi mental baru yang nantinya bisa diperkokoh dan kalau sewaktu-waktu kenangan buruknya muncul, ia tidak lagi merasa trauma sebesar sebelumnya.

Mempunyai trauma terhadap sesuatu membuat seseorang menjadi lemah. Maka, tidak mengherankan kalau banyak orang mencoba mengusir trauma. Karena, jika seseorang masih punya trauma dan ia tidak bisa melawannya, maka ia akan kehilangan unsur penting dalam bertahan hidup, yakni kepercayaan diri.

Kepercayaan diri penting bagi kita, agar tetap punya semangat untuk bangun dan menjalani setiap aktivitas dan produktivitas kita sehari-hari. Tanpa itu, kita bisa saja tidak ubahnya robot yang hanya menjalani kehidupan dengan "tuntutan program", tanpa ada dorongan sendiri dari akal sehat kita.

Itulah mengapa, ketika seseorang mengalami krisis kepercayaan diri, ia harus dapat segera mengatasinya. Bantuan dari orang terdekat yang mengetahui problematika tersebut juga diperlukan. Tidak selamanya, seseorang bisa bangkit sendiri, ia juga perlu bantuan orang lain, secara langsung maupun tidak langsung.

Jika kepercayaan diri tak kunjung kembali, maka orang tersebut dapat terjebak pada bayang-bayang buruk tentang apa yang pernah ia alami. Yang secara kompleksnya kemudian disebut trauma. Orang yang krisis kepercayaan diri, sebagian besar dipicu oleh susah move on dari kenangan masa lalu yang buruk. Atau, mengalami rentetan masalah yang tidak kunjung padam, yang membuat seseorang menjadi kurang percaya diri.

Jika merujuk pada ulasan di Alodokter, kehilangan kepercayaan diri dapat muncul karena pernah mengalami pengalaman yang buruk, pernah mengalami penindasan, maupun trauma.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline