Lihat ke Halaman Asli

Deddy Husein Suryanto

TERVERIFIKASI

Content Writer

Hunian Vertikal, antara Pengaruh Drakor dan Kenyataan Hidup

Diperbarui: 31 Oktober 2021   18:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Desain interior unit apartemen di Setiabudi Residence karya Design Donk (William Sutanto via properti.kompas.com)

Dewasa ini, menonton serial Korea, atau yang akrab disebut Drama Korea (drakor) seperti menjadi kebiasaan populer. 

Tidak hanya kaum perempuan yang suka menonton drakor, kaum laki-laki juga ada yang suka menonton drakor, minimal saya salah satunya.

Tentu, istilah drakor yang saya maksud kali ini adalah serial Korea. Artinya, di dalam serial tersebut ada beberapa aliran (genre). Seperti action, thriller, mystery, hingga yang paling populer di kalangan pecinta drakor adalah drama, romance, dan comedy.

Tentu saja, tiga genre terakhir bukan pilihan saya. Namun, ini hanya soal selera, bukan tentang kualitas. Lagipula, sesekali saya juga pernah menonton drakor yang bergenre seperti itu untuk menambah wawasan saya terkait hal-hal yang berbau romantis, melankolis, dan jenaka.

Meski saya cenderung memilih genre yang kurang menghebohkan lini masa dan kurang menghiasi trending topic di media sosial, nyatanya apa yang saya tonton juga biasanya masih punya unsur sama dengan yang ada di genre populer, yaitu keberadaan hunian vertikal.

Hunian vertikal ini identik dengan apartemen. Atau, yang paling merakyat di Indonesia adalah rumah susun (rusun). Kemudian, kita juga sudah akrab dengan asrama pelajar dan asrama mahasiswa yang juga bisa disebut sebagai rumah susun mahasiswa (rusunawa).

Sebenarnya, tontonan yang di dalamnya ada unsur gaya hidup, salah satunya dengan keberadaan hunian vertikal, tidak hanya ada di drakor. Film Hollywood pun ada, misalnya, "The Social Network" (2010). 

Di film itu, kita bisa melihat kehidupan mahasiswa yang tinggal di asrama mahasiswa. Ini bisalah disebut sebagai hunian vertikal walau masih bergaya klasik. Atau, kalau mau melihat versi hunian vertikal modern, ada di "The Amazing Spider-Man" (2012).

Di Bollywood juga terkadang ada, walaupun konsepnya ada dua. Model rusun dengan dua-tiga lantai untuk menggambarkan kehidupan tokoh yang hidup pas-pasan dan cenderung kurang mampu. 

Lalu, model apartemen untuk menggambarkan kehidupan tokoh yang kaya. Di sini ada film "My Name is Khan" (2010) yang bisa menjadi salah satu contohnya, terutama saat si Khan masih kecil.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline