Lihat ke Halaman Asli

Deddy Husein Suryanto

TERVERIFIKASI

Content Writer

Ketika Orang Tua Memperkenalkan Anak dengan Ibadah

Diperbarui: 6 Mei 2021   07:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi anak beribadah. Sumber: Pexels/Abdullah Ghatasheh

Saat kecil atau juga saat remaja, saya didekatkan kepada ajaran agama termasuk ketika berada di bulan Ramadan. Ada tiga hal yang diperkenalkan orang tua, terutama dari ibu kepada saya tentang ajaran agama.

Hal pertama, membiasakan diri untuk mengucap doa saat mengawali sesuatu. Permulaannya, saya dikenalkan dengan sebuah buku yang memuat banyak kumpulan doa untuk mengawali dan mengakhiri berbagai aktivitas.

Menariknya, dalam proses ini saya tidak diuji secara langsung tentang kehafalan saya terhadap doa-doa tersebut. Yang dilakukan ibu adalah mencoba mendorong secara implisit hafalan saya ketika ada pelafalan doa yang biasanya terdengar di radio.

Saat itu dan saat Ramadan, biasanya ada sesi-sesi tertentu yang menghadirkan pembacaan doa.

Contohnya, ketika di luar Ramadan dan saat siang hari selepas azan Zuhur, ada "anak kecil" (penyiar bersuara karakter anak kecil) yang membaca doa 'sebelum makan' dan 'seusai makan' yang merujuk pada aktivitas makan siang.

Saat Ramadan juga begitu. Ketika sudah azan Magrib, ada pembacaan doa 'berbuka puasa'.

Ketika itu terdengar, ibu saya ikut melafalkannya yang kemudian mendorong saya untuk mengikutinya. Setelah itu, saya menjadi terbiasa ikut melafalkannya meski ibu saya sudah tidak peduli dengan aktivitas tersebut.

Artinya, setelah memberi contoh, anak diberikan kepercayaan untuk istikamah secara mandiri terhadap apa yang sudah dilakukan. Anak tidak perlu terus dikawal dalam melakukan kebaikan.

Ketidakpedulian itu secara implisit juga mengajarkan saya untuk mengucapkan doa tanpa harus terlihat berdoa. Praktik ini juga dapat dilakukan ketika memasuki rumah yang biasanya diawali dengan mengucap salam tanpa harus terdengar, yaitu ketika rumah sedang sepi.

Atau, memang tidak mengharuskan untuk mengucapkan salam secara verbal. Contohnya, ketika memasuki sebuah ruang umum seperti kafe, atau memasuki kos teman yang kebetulan teman tersebut adalah nonmuslim.

Hal kedua, memberikan contoh rutinitas beribadah salat sejak dini. Permulaannya, saya setiap hari sejak sudah berada dalam fase sadar, yang artinya ketika kecil saya sudah bisa mengingat beberapa kejadian, di situlah muncul momen saya melihat ibu beribadah salat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline