Lihat ke Halaman Asli

Deddy Husein Suryanto

TERVERIFIKASI

Content Writer

Kritik, Kurang Cantik tapi Menggoda

Diperbarui: 18 Februari 2021   20:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi mendengar kritik. (sumber: pixabay.com/RobinHiggins)

Ada yang suka kritik?

Ada, kalau sedang bertindak sebagai pemberi, pasti suka. Tapi, kalau menjadi penerima, belum tentu ada. Kenapa bisa begitu?

Mungkin, karena pepatah "tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah", digunakan di sini. Pepatah itu tidak salah, kalau memang dijadikan komitmen si pemberi kritik. 

Karena, memberi kritik itu sebenarnya tidak mudah. Perlu banyak pertimbangan, agar kritik itu ikhlas diberikan ke orang lain.

Kritik butuh modal. Setelah uang untuk membeli kuota, atau uang 6.000 rupiah untuk membeli secangkir kopi hangat di warkop yang memasang 'Free Wi-Fi', kritik juga membutuhkan pengetahuan dari si calon pengkritik.

Pengetahuan itu modal, bahkan lebih tinggi nilainya dari secangkir kopi yang dibeli. Walaupun, petani kopi juga akan protes, karena merasa tersinggung.

Betul, petani kopi juga setara kok dengan guru yang bertugas menanamkan dasar pengetahuan ke kita, termasuk ke calon pengkritik. Namun, dalam urusan mengkritik, sang petani kopi boleh beristirahat sejenak di luar "oktagon".

Pada sesi ini, gurulah yang bisa menjadi pemantau yang serius dalam mengamati gerak-gerik si pengkritik yang mulai mendekati "ring". Guru memang tidak menjadi pihak langsung yang bertanggung jawab atas aksi si pengkritik, namun si pengkritik harus ingat bahwa gerbang pengetahuan yang ia masuki awalnya dibukakan oleh guru selain orang tuanya.

Setelah itu, si pengkritik bisa memasuki banyak ruang untuk mengeruk pengetahuan-pengetahuan yang ia ingin kuasai. Minimal, dia paham secara teori dan contohnya.

Soal praktik, jangankan yang lulus sekolah ditarget untuk praktik sesuai jurusannya. Orang yang bergelar lebih tinggi dari lulusan SMA saja, belum tentu lihai melakukan praktik sosial sesuai gelarnya kok.

Itulah mengapa, ketika hendak mengkritik, minimal si pengkritik punya dasar pengetahuan (teori-contoh) terkait apa yang dikritik. Itu yang menjadi modalnya untuk mengkritik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline