Lihat ke Halaman Asli

Deddy Husein Suryanto

TERVERIFIKASI

Content Writer

Dua Rasionalitas Menjadi Satu

Diperbarui: 8 Januari 2021   23:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi sejoli. Gambar: Pexels/Thai Huynh

Sebagai seorang penggemar sepak bola, sebenarnya saya cukup terbiasa menulis tentang sosok. Tulisan saya juga nyaris tidak akan lepas dari pembahasan tentang pemain, pelatih, hingga figur-figur yang sudah menjadi legenda di sepak bola.

Itulah yang membuat saya kemudian ingin menulis tentang sosok yang kali ini tidak terikat dengan perihal sepak bola. Namun, sangat berarti bagi eksistensi saya untuk menulis tentang bola.

Memang, saya kadang merasa sangsi apakah tulisan saya akan bermanfaat bagi sosok-sosok ini. Tetapi, di sisi lain saya sudah merasa terdukung oleh apresiasi yang biasanya selalu ada setiap hari.

Padahal, saya juga cukup sering absen menulis. Tetapi, setiap saya berkesempatan untuk mengunjungi artikel saya, di situlah saya selalu menemukan apresiasi dari dua orang yang sama dan berkaitan di kolom komentar.

Dua orang itu sudah jelas merupakan Pak Tjipta dan Bu Lina. Siapa lagi, sosok yang dapat digambarkan sebagai dua orang yang selalu hadir di kolom komentar dan saling berkaitan, kalau bukan Pak Tjipta dan Bu Lina.

Merekalah yang sebenarnya turut membantu saya untuk terus bersemangat menulis. Apalagi, ketika saya tahu bahwa mereka adalah figur hebat di balik keberadaan Waskita Reiki. Luar biasa bagi saya dapat berkenalan dengan pendirinya.

Semakin merasa senang pula ketika saya mendapatkan nomor kontak pribadi dari Pak Tjipta ketika saat itu saya belum genap 1 tahun berkecimpung di Kompasiana. Suatu apresiasi dan kepercayaan luar biasa yang saya dapatkan dari beliau dalam keterbukaan relasi.

Begitu juga dengan Bu Lina. Saya mengagumi sosoknya yang kreatif. Salah satunya ketika saya pernah membaca tulisannya tentang hasil kreasi dalam memanfaatkan brosur-brosur bekas dari minimarket atau sejenisnya. Kertas-kertas brosur itu berhasil disulap menjadi bentuk kerajinan tangan.

Ketika melihat itu, saya semakin yakin bahwa perempuan itu memang memiliki banyak kelebihan, salah satunya adalah kreativitas. Kreativitas itu kemudian bisa berkembang dan bertahan lama karena keuletan.

Itu yang kemudian juga membuat saya sering berusaha mendorong rekan-rekan saya yang perempuan yang terkadang mengaku tidak bisa melakukan sesuatu. Padahal, menurut saya mereka bahkan lebih bisa melakukan sesuatu yang sebenarnya saya belum bisa.

Selain itu, saya juga mengagumi kedua sosok ini karena satu hal, yaitu rasionalitas. Walaupun saya menduga bahwa Pak Tjipta adalah seorang perasa yang ulung, tetapi beliau juga mengedepankan rasionalitasnya dalam menjalani kehidupan sampai saat ini, termasuk dalam hal menulis di Kompasiana. Jika tidak demikian, saya pikir beliau sudah menyerah untuk terus berkembang dan saya pasti tidak punya kesempatan untuk melihat karya-karya aktualnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline