Lihat ke Halaman Asli

Deddy Husein Suryanto

TERVERIFIKASI

Content Writer

Pemuda Juga Perlu Kembali Belajar

Diperbarui: 3 Januari 2021   21:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi belajar. Gambar: Pexels/Julia M Cameron

Membaca kata 'belajar' sering "menjerumuskan" pikiran saya pada kata 'sekolah'. Itu juga terjadi saat saya membaca dua kata 'kembali belajar'. Pikiran saya langsung seperti seorang penjelajah waktu yang mampu memundurkan waktu beberapa tahun lalu demi menengok masa saya kembali belajar.

Padahal, seharusnya tidak seperti itu. Belajar juga ada di luar kata sekolah. Salah satu yang pasti namun sering dilupakan sejenak atau malah tidak disadari adalah kata 'kehidupan'.

Kehidupanlah yang sebenarnya paling banyak menyita waktu kita untuk terus belajar. Kehidupan pula yang mampu membuat kita kembali belajar.

Termasuk saat kita memasuki tahun yang baru (2021) dengan keadaan yang belum sepenuhnya pulih dari pandemi Covid-19. Pandemi ini pula yang membuat kita harus kembali seperti "murid di sekolah". Membuka buku dan membaca banyak informasi.

Bahkan, informasi itu tidak hanya lewat buku konvensional, melainkan juga buku digital. Adaptasi pun diperlukan dalam upaya kembali mempelajari cara untuk dapat bertahan di tengah pandemi.

Ini juga menjadi tantangan besar bagi pemuda, alias tidak hanya kaum tua yang keteteran untuk memasuki pola hidup yang bisa dikatakan baru, khususnya di Indonesia. Kaum pemuda pun kerepotan. Mengapa?

Karena, kaum pemuda biasanya masih ingin bersantai, termasuk dalam hal belajar. Belajar yang santai adalah belajar yang hanya untuk memenuhi rasa ingin tahunya dan kesenangannya, bukan yang lain.

Namun, ketika pandemi Covid-19 muncul dan mengubah banyak sistem, salah satunya adalah sistem pendidikan, maka para pemuda tidak lagi belajar untuk memenuhi rasa ingin tahunya. Mereka mulai harus belajar untuk mengejar tanggung jawabnya.

Tanggung jawab yang dimaksud ini bukan hanya tentang tanggung jawab belajar untuk mencerdaskan diri, melainkan juga belajar untuk mencerdaskan orang lain, khususnya orang sekitar.

Kita ambil contoh pada seorang pemuda, entah dia laki-laki/perempuan. Pilih salah satu sesuka imajinasi pembaca.

Pemuda ini ternyata merupakan generasi milenial akhir di dalam rumahnya. Ayah-ibunya terpaut 20-an tahun dengannya. Dan, "sedikit nahas", dirinya punya adik yang terpaut 20 tahun darinya. Wah!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline