Lihat ke Halaman Asli

Deddy Husein Suryanto

TERVERIFIKASI

Content Writer

Alasan Tetap Upacara Kemerdekaan Meski Sendirian

Diperbarui: 21 Agustus 2020   10:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi pengibaran bendera Merah-Putih. Gambar: Dokpri/DeddyHS

Hari kemerdekaan Indonesia sudah berlalu, namun masih banyak kisah tentang momen kemerdekaan yang masih melingkupi masyarakat Indonesia. Diantaranya adalah orang tua saya.

Kebetulan ibu saya tipikal orang yang suka seremonial. Beliau sangat memperhatikan hari-hari penting dan selalu menyambutnya dengan doa agar kehidupan selalu menemukan titik balik dalam mencapai jalan yang lebih baik dari sebelumnya.

Hal ini juga berlaku ketika hari kemerdekaan tiba. Bahkan, beliau sudah memasang bendera sejak tanggal 1 Agustus. Sedangkan himbauan dari pihak perangkat setempat baru tanggal 2 atau setelahnya.

Acungan jempol pun diberikan ke ibu saya, dan saya secara pribadi tidak terkejut. Karena memang begitulah ibu saya. Bahkan, beliau selalu tidak senang jika orang di rumah lalai dalam memasang bendera.

Beliau pasti akan mengingatkan atau memerintah untuk segera memasangnya. Bahkan, meski terkadang tiang bendera di rumah sedang tidak ada atau raib entah ke mana.

Pernah, waktu itu kami memasang bendera di tiang/saka teras rumah, karena tiang dan/atau bambu yang bisa dijadikan alternatif tidak ada. Saya pun tidak bisa membantu mencari penggantinya, karena rumah kami saat itu di sekitar tengah kota.

Susah mencari patahan pohon, apalagi batang bambu. Namun, ibu saya tetap mengharuskan untuk pasang bendera.

Ini adalah hari merdeka. Momen negara kita bisa memulai perjalanannya menjadi negara berdaulat. Kira-kira begitu caranya untuk membuat kami sangat menghormati momen kemerdekaan.

Memang, ini bukan hanya soal simbol perayaan, melainkan penghargaan kepada leluhur yang telah memperjuangkan tanah ini untuk merdeka. Itulah mengapa, dengan adanya pengibaran bendera, kita secara simbolis juga telah menghargai perjuangan pahlawan bangsa.

Mereka berjuang sudah dengan darahnya, kenapa kita dengan hanya mengibarkan bendera saja masih enggan?

Satu hal penting yang mendasari kebiasaan ibu saya dalam memperingati hari kemerdekaan adalah pengalamannya yang pernah hidup di Aceh. Tentu, kita pernah tahu bahwa negeri ini sempat mengalami gejolak luar biasa di berbagai tempat, salah satunya di ujung Sumatera*.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline