Lihat ke Halaman Asli

Deddy Husein Suryanto

TERVERIFIKASI

Content Writer

Menariknya Format Liga Champions 2020 bagi Penggemar Layar Kaca

Diperbarui: 19 Agustus 2020   18:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi menonton Liga Champions 2020 dengan format daruratnya. Gambar: diolah dari Britishcouncil via Tagar.id dan Championsleague/Twitter

Sebenarnya beberapa waktu lalu sempat ada pesimistis terhadap keberlanjutan kompetisi sepak bola, khususnya di Eropa. Namun, pesimistis itu berhasil dijawab oleh pihak UEFA. Mereka pun terus membangun upaya dan narasi optimis, hingga terwujudlah keberlanjutan setiap kompetisi domestik di beberapa negara.

Walau ada beberapa kompetisi memilih mengakhiri musim, seperti Jupiler Pro League Belgia, Eredivisie Belanda, dan Ligue 1 Prancis, kita akhirnya menemukan adanya kebangkitan di kompetisi lain. Kompetisi pertama yang mengawalinya adalah Bundesliga Jerman.

Secara berturut mulai diikuti oleh Premier League Inggris, La Liga Spanyol, Serie A Italia, Super Lig Turki, Primeira Liga Portugal, dan lainnya. Mereka kemudian menjadi pondasi dari keberlanjutan kompetisi akbar di Eropa, UEFA Champions League (Liga Champions).

Kembalinya Liga Champions di hadapan para penggemar sepak bola tentu bisa menjadi pelipur lara. Maklum, kita pasti butuh suntikan semangat kala melawan keadaan yang masih genting akibat pandemi covid-19 ini.

Sebagai penggemar sepak bola tentu media hiburan yang paling ditunggu adalah Liga Champions. Di sanalah kita bisa menyaksikan permainan dari pemain-pemain terbaik dunia.

Namun, ada satu hal yang membuat kita awalnya sedikit mengernyitkan dahi, yaitu tentang format Liga Champions 2020. Biasanya kita tahu bahwa kompetisi Liga Champions menggunakan sistem laga kandang-tandang.

Ini yang membuat dalam setiap fase terdapat banyak jadwal pertandingan, dan digelar dalam waktu yang cukup lama--nyaris semusim. Di Liga Champions setiap klub berhak menggelar pertandingan di kandangnya masing-masing, atau minimal masih di daerah terdekat dari markasnya.

Misalnya seperti Atalanta yang musim ini bersaing di Liga Champions dengan modal numpang kandang duo klub asal Milan, San Siro. Dampaknya pun bagus bagi klub tersebut karena memiliki kesempatan mengajak penggemarnya menyaksikan pertandingan sengit lebih dekat--biasanya hanya di layar kaca.

Namun, situasi saat ini tidak memungkinkan bagi semua klub untuk mengajak penggemarnya menyaksikan persaingan sengit di Liga Champions secara langsung. Semua penggemar harus menyaksikannya dari layar kaca atau live streaming, juga klub-klub itu tidak dapat lagi bermain di kandangnya.

Seperti Liga Champions di musim darurat ini, semua klub yang lolos ke fase knock-out harus menjalani laga di arena netral, yaitu Portugal. Portugal dipilih karena jumlah kasus covid-19 tidak sebesar negara Eropa lainnya.

Data kasus covid-19 di Portugal. Gambar: diolah dari Google/Wikipedia/Covid19 Portugal

Alasan ini juga digunakan oleh UEFA untuk menetapkan Jerman untuk menjadi arena duel kontestan Liga Europa. Pemilihan ini tepat, karena kompetisi Eropa pertama yang restart memang Jerman.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline