Bagaimana caranya hidup? Ada yang tahu?
Pertanyaan itu persis seperti apa yang saya tanyakan sendiri. Mungkin karena saya masih muda, pengalaman saya belumlah banyak.
Mentok-mentok mengandalkan pengetahuan. Walau saya meyakini, tak banyak juga. Artinya, saya lebih banyak mengandalkan sebuah ilmu "kanuragan" bernama "Sok Weruh".
Ketika saya menganalisis (baca: mengomentari) hasil pertandingan sepak bola, saya melakukannya dengan Sok Weruh. Tentu saja. Buktinya, saya belum pernah bertemu dengan pemain profesional dan mewawancarainya.
Saya juga belum pernah masuk SSB, sehingga saya tidak begitu tahu teknik dasar bermain sepak bola. Lalu, mengapa saya berani menjadikan sepak bola sebagai salah satu yang utama di tulisan saya?
Karena saya merasa bertahun-tahun menonton pertandingan bola cukup untuk membangun pengetahuan. Ditambah dengan aktivitas membaca koran pagi di setiap Hari Minggu--saat belum punya hape seperti sekarang, membuat pemahaman terhadap sepak bola terbentuk.
Saya juga pemain bola, namun dengan jemari dan dua jempol saya. Setiap pulang sekolah, bukannya belajar atau istirahat, justru keluar beberapa ratus meter untuk bermain Playstation (PS).
Saat itu belum populer nama PES. Orang-orang lama (2000-an dan 2010-an awal) masih menyebutnya "Yuk, main PS!". Meski disebut PS, saya paham bahwa itu akan main game sepak bola.
Dari situlah saya kemudian merasa mulai paham seluk-beluk sepak bola. Saat itu juga belum muncul Football Manager.
Kalaupun sudah ada, saya belum merasa harus rutin memainkannya. Membuka akun media sosial saja, saat itu masih sering di warnet, kok. Hehe.