Lihat ke Halaman Asli

Deddy Husein Suryanto

TERVERIFIKASI

Content Writer

Kejahatan di Youtube Nyatanya Tidak Hanya Prank

Diperbarui: 10 Mei 2020   12:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi mencuri konten (copyright). | Gambar: Shutterstock.com

Dalam beberapa hari ini, kita sedang dihebohkan kasus prank yang menjadi konten di Youtube dan membuat publik tidak terima. Tentu sudah banyak berita maupun ulasan tentang kasus tersebut, sehingga penulis tak akan membahasnya lebih banyak.

Singkatnya, si pembuat konten prank di Youtube telah dibekuk. Videonya yang sedang menangis di ruang tahanan atau mungkin ruang interogasi pun sempat menjadi konsumsi publik hingga bertebaran di grup chat.

Penulis secara pribadi tidak ingin larut untuk menanggapi fenomena tersebut. Karena, sedari awal saat menyelami konten-konten di Youtube selalu berupaya menghindari konten prank.

Bagi penulis, konten prank gampang aus. Sekali, dua kali akan boom! Menarik. Namun, setelah itu akan butuh effort yang lebih dan biasanya akan menjadi kian garing, padahal sudah dapat dipastikan bahwa persiapannya juga maksimal, loh!

Alasannya sederhana. Dewasa ini informasi cepat tersebar luas. Ambil contoh, prank orang yang bisa berbahasa Jawa padahal bukan orang Jawa.

Lambat laun konten ini akan diketahui masyarakat berbagai sudut di Pulau Jawa. Artinya, sasarannya akan mulai tak maksimal, jika tetap mengarah pada orang-orang Jawa yang kemudian sudah kenal siapa yang membuat konten tersebut.

Begitu pula ketika akhirnya konten prank itu dimodifikasi dengan merubah sasaran. Hasilnya akan menarik di awal. Namun, akhirnya menjadi awkward, karena yang di-prank mulai terlihat bingung dan mengundang rasa kesal pula--bagi penonton--atau malah merasa tak masuk akal.

Inilah yang membuat penulis akhirnya (terkadang) tidak lagi mengikuti perkembangan tentang channel yang masih menggunakan konten prank sebagai andalan. Walau pada akhirnya penulis melihat channel-channel tersebut mulai meninggalkan konten prank dan lebih mengarah pada ranah introduction dan education.

Artinya ada dua poin dari konten prank yang biasanya pernah dilakukan para Youtuber. Pertama, konten prank menaikkan viewers. Kedua, konten prank dapat menjadi penggebrak.

Namun, keduanya berkorelasi sama. Akhirnya akan aus. Tidak tahan lama.

Belajar dari situ, seharusnya Youtuber masa kini tidak mengikuti jejak mereka. Meniru memang tak masalah. Namun jika malah tidak lebih baik, khususnya secara kualitas, tentu akan merugikan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline