Lihat ke Halaman Asli

Deddy Husein Suryanto

TERVERIFIKASI

Content Writer

Keputusan UEFA Tidak Salah, tetapi...

Diperbarui: 7 April 2020   03:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aleksander Ceferin, Presiden UEFA memilih untuk melanjutkan kompetisi. | Gambar: Bleacherreport.com

Ada yang perlu diperhatikan dari keputusan UEFA terkait polemik yang terjadi di kompetisi sepak bola akibat badai corona saat ini. Setelah Liga Turki yang awalnya bandel, lalu memutuskan jeda, praktis kompetisi sepak bola di Eropa tinggal Belarusia yang (sepertinya) masih tergelar.

Hal ini kemudian membuat banyak pihak dilema. Ada yang ingin dilanjutkan, ada yang ingin dihentikan saja. Toh, konsentrasi dunia saat ini adalah memulihkan kondisi global dari serangan corona. Siapa yang peduli dengan sepak bola?

Kondisi sepak bola Eropa akibat Corona. | Gambar: Goal.com via Bleacherreport.com

Sebenarnya ada yang masih peduli dengan sepak bola, atau lebih tepatnya merindukan atmosfer pertandingan sepak bola. Namun, keadaan yang belum memungkinkan untuk hal itu terjadi.

Lagi pula, siapa yang ingin melihat corona semakin merajalela karena sepak bola? Siapa juga yang ingin melihat para idola di lapangan bertumbangan karena corona?

Tidak ada. Ini yang kemudian diyakini oleh beberapa pihak yang mengkhawatirkan nasib figur sepak bola, jika kompetisi masih berlangsung di tengah badai covid-19.

Hingga akhirnya, ada yang menginisiasi sebuah keputusan terkait situasi di dalam kompetisi sepak bola, yaitu Liga Pro Jupiler Belgia.

Kompetisi dari negerinya Eden Hazard, Romelu Lukaku, dan Jan Vertonghen itu akhirnya dihentikan dan pemenang kompetisinya adalah Club Brugge (Kompas.com). Ada banyak faktor yang melingkupi keputusan ini tentunya. Apa saja?

Klasemen papan atas Liga Pro Jupiler 2019/20. | Gambar: Goal.com

Pertama yang pasti adalah faktor selisih poin. Selisih 15 poin dengan rival terdekat sudah membuat Club Brugge pantas menjadi juara ketika kompetisi menyisakan 1 laga lagi. Siapa yang bisa membalikkan keadaan? Artinya, secara logika sederhana sudah dapat menerima hal ini terjadi.

Kedua, terjadi peningkatan statistik korban corona di Belgia. Terbukti, ada sekitar 11.000 lebih kasus per 31 Maret 2020 (Kompas.com), dan pastinya ini masih berubah seiring berjalannya hari. Tentu ini tidak menyenangkan bagi para pelaku sepak bola di Belgia. Apakah mereka dapat fokus bermain dengan keadaan seperti itu?

Ketiga, setiap kompetisi domestik pasti memiliki pengaruh dan kemampuan yang berbeda terhadap sepak bola secara regional maupun global.

Di sini, bukan berarti kapasitas Liga Pro Jupiler dianggap sebelah mata, namun jika dibandingkan dengan Premier League (Inggris), La Liga (Spanyol), Serie A (Italia), dan Bundesliga (Jerman), pesona liga Belgia belum setara dengan kompetisi tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline