Lihat ke Halaman Asli

Deddy Husein Suryanto

TERVERIFIKASI

Content Writer

Akhirnya Rossi Turun Takhta dari Kerajaan Yamaha

Diperbarui: 31 Januari 2020   19:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Valentino Rossi adalah segalanya untuk Yamaha dan MotoGP. | Sumber gambar: Motorland.eu

Sebenarnya isu turun tahtanya Valentino Rossi di kerajaan Yamaha sudah terurai sejak musim balap MotoGP 2019 berakhir. Pasca Jorge Lorenzo pensiun mendadak, kelanjutan karir Rossi pun dipertanyakan. Apakah dia juga akan segera gantung helm?

Namun kenyataannya, dia masih akan membalap di Yamaha. Setidaknya selama tahun 2020 ini akan berlangsung. Bahkan, bisa saja dia masih akan mencoba membalap sampai musim 2021. Atau ketika salah satu seri MotoGP di musim tersebut akan digelar di Indonesia. Tepatnya di Sirkuit Mandalika, Nusa Tenggara Barat. Diduga, Valentino Rossi berupaya menyapa masyarakat Indonesia sebagai pebalap veteran, bukan legenda.

Hal ini ditengarai dengan fakta bahwa sebagian masyarakat Indonesia menggandrungi kompetisi balap kelas tertinggi di dunia tersebut, dan tidak sedikit dari mereka adalah penggemar The Doctor.

Namun, Rossi juga seperti Lorenzo, Stoner, dan Pedrossa. Dia pada akhirnya juga akan memiliki masa akhir untuk berkompetisi di MotoGP. Itulah yang kemudian menjadi saga di MotoGP sampai musim balap 2020 berlangsung nanti. Akankah Rossi masih akan lama lagi di MotoGP?

Secara perlahan teka-teki itu mulai terkuak. Hal ini dapat dilihat dari line-up pebalap Yamaha Factory yang menunjukkan bahwa di tahun 2021, mereka akan diperkuat oleh Maverick Vinales dan Fabio Quartararo. Terlihat cepat, namun bisa saja itu adalah langkah tepat. Mengapa?

Karena, Yamaha sudah perlu sadar dengan era balap MotoGP saat ini. Mereka harus move on dari masa lalu yangmana sangat bergantung pada kualitas Valentino Rossi. Bahkan, mereka seharusnya sudah sadar dengan hal itu, ketika Yamaha gagal tampil kompetitif sejak Jorge Lorenzo hengkang di akhir musim 2016.

Sejak itu penampilan Yamaha cenderung labil dan puncaknya diketahui pada musim 2019, bahwa mereka hanya menjadi "penonton" dari persaingan dua pabrikan; Repsol Honda dan Ducati Corse dalam memperebutkan gelar juara pebalap, tim, dan kontruksi.

Vinales dan Rossi. | Sumber gambar: Tempo.co

Salah satu penyebab hal ini terjadi adalah perbedaan karakter balap antara Valentino Rossi dengan Vinales. Vinales cenderung suka motor yang memiliki daya tahan luar biasa untuk fight selama balapan. Sedangkan Valentino Rossi lebih menginginkan motor yang cenderung efisien.

Pertama, karena stamina Rossi bisa saja tidak lagi mampu untuk terus konsentrasi bertarung selama 20 putaran secara konstan. Sehingga, dia lebih ingin motor yang bisa memastikan minimal 5 putaran akhir sudah dapat dia ungguli -tercipta gap besar dengan pebalap lain.

Kedua, karena melawan Marc Marquez perlu ketegasan. Bertarung sejak awal lalu "kabur", atau memilih tetap berada dibelakangnya dengan jarak maksimal 1 detik dan mampu mendekat di akhir putaran untuk mencoba overtacking.

Dua hal ini sangat dibutuhkan oleh Valentino Rossi ketika dirinya tidak lagi berada di masa mudanya, dan ini terlihat kontras dengan Maverick Vinales yang terkadang justru mampu merangsek ke depan ketika balapan sudah memasuki 10-5 putaran terakhir.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline