Lihat ke Halaman Asli

Deddy Husein Suryanto

TERVERIFIKASI

Content Writer

Memiliki Utang, Memalukan atau Tidak?

Diperbarui: 16 Januari 2020   19:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi utang. | Sumber gambar: Berita7.id

Hampir semua orang dewasa pasti pernah memiliki utang. Entah besar ataupun kecil. Entah untuk keperluan pribadi maupun untuk kelompok/keluarga. Bahkan, bisa saja ada yang sudah pernah berutang sejak kecil atau remaja.

Apakah hal itu memalukan?

Mungkin iya, jika utang-utang itu gagal dibayar atau dilunasi. Namun, ada juga yang menganggap utang adalah bagian dari proses untuk mencapai suatu target yang diinginkan. Artinya, berutang bisa dilakukan siapa saja dan kapan saja tanpa perlu malu jika ternyata ada maksud tertentu.

Namun, ada catatan yang perlu digarisbawahi, yaitu jika utang-utang itu digunakan untuk hal-hal yang sangat mendesak dan penting. Misalnya ketika sakit butuh obat dan sedang tidak punya uang, maka berutang bisa menjadi salah satu solusi. Begitu pula jika berutang untuk kebutuhan keluarga ataupun kelompok, dan itu untuk hal-hal yang sungguh diperlukan. Maka, berutang juga bisa menjadi "jalan ninja".

Jika hal itu yang dilakukan, maka tidak ada lagi pandangan bahwa berutang adalah tindakan memalukan. Karena, seperti yang sudah tertulis di atas, bahwa berutang juga dapat masuk ke dalam proses menuju suatu hal tertentu.

Misalnya, berutang untuk dapat masuk ke perguruan tinggi. Lalu, ketika sudah lulus dan bekerja, maka si orang tersebut dapat melunasi utangnya. Jadi, si orang yang berutang itu tidak mungkin merasa malu, karena dia juga sudah mampu melunasi tanggungjawabnya sebagai sang pengutang di masa lalu.

Ilustrasi utang 2. | Sumber gambar: Bandungkita.id

Selama tanggung jawab itu sudah dilakukan, maka tidak ada salahnya untuk tidak merasa malu jika dia pernah berutang. Beda cerita jika orang itu tidak pernah melunasi utang-utangnya meski sudah berpendapatan lebih, bahkan sudah naik derajat.

Baru disitulah, si orang yang pernah berutang tersebut wajib malu jika rahasianya terbongkar. Apalagi jika nominal utangnya tidak akan mengurangi jumlah kekayaannya jika harus dilunasi. Jadi, kenapa tidak untuk segera ditebus?

Apalagi kita harus sadar bahwa di Indonesia, segala macam rahasia atau aib, seringkali menjadi perbincangan hangat di masyarakat. Mereka kebanyakan akan sibuk membicarakannya tanpa pernah mempertimbangkan plus-minus terhadap subjek dan objek yang melandasi rahasia/aib tersebut.

Karena, berasumsi berdasarkan ranah subjektif itu mudah. Kita tinggal menyatakan versi masing-masing hanya berdasarkan prinsip masing-masing. Sedangkan, berasumsi secara objektif itu sangat sulit.

Bagaimana mungkin kita dengan ikhlas menyetujui langkah seorang pejabat atau tokoh masyarakat yang berutang dengan nilai yang mungkin seharusnya dapat dilunasi namun tidak segera dilakukan?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline