Dalam beberapa hari ini topik yang dibahas oleh para penikmat film di Indonesia tidak jauh-jauh dari film terbaru Ernest Prakasa yang berjudul "Imperfect". Film yang diangkat dari sebuah buku karangan istri Ernest, Meira, juga dibintangi oleh aktor terlaris di Indonesia, Reza Rahardian. Fim tersebut ternyata mendapatkan apresiasi bagus dari masyarakat, termasuk para selebriti.
Terbukti, sosok penyanyi terkenal, Anji Manji juga mengapresiasi film tersebut dengan kontennya di Youtube (tautan ada di akhir) yang membagi kisah pribadinya yang memiliki kekurangan. Di video itu, Anji menjelaskan cukup detil tentang riwayatnya ketika mengalami kebotakan hingga kini memiliki trend-setter sebagai penyanyi yang selalu menggunakan penutup kepala.
Pesannya juga tidak beda jauh dengan film Imperfect, yaitu "ubah insekyur menjadi bersyukur". Artinya, kita haruslah menerima diri sendiri agar dapat menjalani kehidupan lebih normal dan tanpa beban. Itulah yang dapat diambil dari video Anji Manji. Lalu, bagaimana dengan film Imperfect?
Sebenarnya film ini sudah dapat diketahui arah pesannya. Apalagi jika merujuk pada beberapa tontonan yang serupa di waktu-waktu sebelumnya. Ambil contoh seperti film "200 Pounds Beauty" dan serial drama "Oh My Venus". Bagi penikmat tontonan Korea Selatan pasti dua judul itu tak terasa asing, bukan?
Bersama dua judul itulah, penulis akan menyajikan persamaan dan perbedaan diantara ketiganya dan pesan atau garis besar apa yang dapat diambil dari tontonan tersebut.
Dimulai dengan persamaan. Pertama, ketiga tontonan itu sama-sama mengangkat tentang konsep tubuh ideal dalam social mindset dan ruang pekerjaan. Sebenarnya tidak hanya terhadap para pemilik tubuh gemuk. Pemilik tubuh kurus pun dapat menghadapi ketidaknyamanan dalam interaksi sosial dan pekerjaan. Namun, di film ini fokus kita adalah tubuh gemuk. Mengapa?
Karena sosok yang ditonjolkan di dalam tiga kisah tersebut adalah perempuan. Perempuan sangat sering "diserang" ketika mengalami kegemukan. Itulah yang juga menjadi persamaan yang kedua dari tiga tontonan tersebut. Yaitu terdapat main character (MC) si gemuk yang sama-sama berwujud perempuan.
Selain karena perempuan sering dikaitkan dengan konsep tubuh ideal, perempuan juga mudah terjebak dalam isu body shaming. Itulah yang juga terjadi di Imperfect, 200 Pounds Beauty, dan Oh My Venus. Ketiganya juga sama-sama menghadirkan tokoh "pendamping setia" (sahabat/rekan kerja) bagi gemukers di tiga judul tersebut.
Persamaan ketiga adalah tiga judul tersebut menghadirkan kisah cinta yang tulus antara si tampan dengan si gemuk. Di Imperfect ada Dika dan Rara, di 200 Pounds Beauty ada Sang Joon dan Kang Hanna, sedangkan di Oh My Venus ada Kim Young-ho dan Kang Joo-eun. Hubungan para couple itu membuat kisah di masing-masing judul menjadi menarik untuk diikuti, apalagi bagi jomblowers dan para lady yang merasa senasib dengan MC perempuan.
Ketiga poin tersebut cukup untuk menggambarkan persamaan antara kedua film dan satu serial drama tersebut. Lalu, kita melangkah ke bagian yang lebih dinantikan, yaitu perbedaannya.
Pertama, film Imperfect adalah karya yang lebih fresh dibandingkan kedua karya asal Korsel tersebut. Film itu baru rilis 19 Desember 2019, sedangkan serial Oh My Venus rilis pada 2015, dan film 200 Pounds Beauty jauh lebih lama tepatnya pada 2006 silam.