Dalam beberapa hari terakhir, media massa meramaikan kabar tentang langkah baru dalam kehidupan seorang host dan mantan mentalis Indonesia, Deddy Corbuzier. Pasca adanya isu hubungan retak antara host acara Hitam Putih itu dengan seorang kapten penerbangan, Vincent Sanjaya. Publik Indonesia kembali dihebohkan dengan berita akan mualaf-nya Deddy Corbuzier.
Secara pribadi, penulis mengetahui kabar tersebut beberapa saat setelah Deddy Corbuzier mengunggah video terbarunya di channel Youtube-nya.
Ada dua hal yang penulis pikirkan ketika menonton video tersebut. Pertama, ini merupakan langkah menarik dan baru bagi Deddy untuk tetap menjadi sorotan masyarakat.
Kedua, ini akan membuat Deddy menjadi sosok berpengaruh yang tak lagi sekadar berbagi pendapatnya terhadap situasi sosial dan global yang ada di Indonesia, berdasarkan pengetahuan rasional. Dia juga akan menjadi sosok yang akan berbagi pendapatnya sebagai seorang muslim.
Dewasa ini, melihat seseorang yang vokal terhadap fenomena sosial di Indonesia dengan tanpa embel-embel agama itu sulit. Hampir semua orang bersuara dengan 'berekor dan mengekor' simbol agama, yang kemudian membuat orang lain langsung 'terhipnotis' oleh kebenaran dari suara tersebut.
Ini yang membuat masyarakat Indonesia semakin stagnan, karena mulai terbiasa dengan eksplorasi berpikir yang serba terbatas dan takut untuk sedikit keluar dari koridornya.
Berbeda dengan Deddy Corbuzier yang selama ini diikuti oleh penulis karena orang ini selalu memberikan pendapat berdasarkan pengetahuan yang tak berembel-embel agama.
Ini yang membuat penulis respek besar terhadap beliau. Karena dewasa ini, mendapati sosok non-mayoritas nan vokal itu sedikit.
Rata-rata mereka yang berhasil mengubek-ubek pikiran masyarakat adalah orang yang memiliki status kuat di bidang keagamaan. Itu memang bagus, namun membuat pola pikir masih terkotak-kotakkan. Tidak ada kemurnian seorang individu berkata berdasarkan pikirannya sebagai manusia saja, melainkan menjadi manusia yang beragama tertentu.
Melihat sosok Deddy Corbuzier yang sebelumnya, penulis berani menyejajarkannya dengan Najwa Shihab, Musdah Mulia, Mahfud MD, hingga sang ayah dari Najwa Shihab; Quraish Shihab. Bukan soal ilmu keagamaannya, namun soal pemikirannya yang Indonesia banget. Hal ini seperti yang penulis singgung di artikel sebelumnya.
Tiga Tokoh Muslim Ini Selaras dengan Pola Pikir Indonesia
Di artikel tersebut, penulis menyebut tiga tokoh muslim yang berpengaruh bagi penulis. Tokoh tersebut tidak mempengaruhi penulis tentang ajaran agama melainkan mindset. Pola pikir yang sangat diperlukan sebagai orang Indonesia, bukan semata-mata orang Islam saja.