Sebenarnya ini adalah lanjutan dari artikel sebelumnya yang membahas tentang halalbihalal di Pendopo Kongas Arum Kusumaning Bongso Tulungagung. Di situ saya menceritakan tentang agenda halalbihalal yang diadakan oleh pemerintah kabupaten (pemkab) Tulungagung dengan mempertemukan perangkat pemerintah di Tulungagung dengan warganya.
Saya pun berkesempatan untuk hadir, meski bisa dikatakan terlambat. Karena, sudah tidak begitu ramai situasi yang ada di dalam pendopo. Namun, justru ketidakramaian itu memberikan keleluasaan bagi saya untuk dapat mengeksplor area pendopo. Alias tidak hanya berada di dalam pendopo namun juga di sekelilingnya.
Jika kemarin saya mengunggah foto lapangan tenis yang berada di dalam area pendopo. Maka, di artikel ini saya akan menunjukkan sisi lain yang menarik di pendopo yang sekaligus sebagai rumah dinas bagi bupati Tulungagung tersebut. salah satu sisi lain yang saya sorot di sini adalah keberadaan 'apartemen' bagi burung-burung unik.
Di sini, saya dapat melihat beberapa jenis burung yang menghuni sebuah pekarangan yang dulu belum terpakai sedemikian rupa. Saya masih mengingatnya jika di tempat yang sama pada saat itu hanya menjadi pekarangan untuk melepas ayam kalkun ataupun burung-burung 'pejalan'. Sehingga di area ini masih hanya dijadikan sebagai tempat menumbuhkan rumput-rumput dan tanaman-tanaman yang hanya perlu dirawat dengan cara disiram dan dipotong (dipola/dibentuk).
Namun, kini area itu digunakan sebagai kandang bagi burung-burung yang dipisah-pisah seperti kandang ayam bekisar ataupun ayam unik lainnya. Bahkan saya kembali mengingat bahwa di sini awalnya juga digunakan sebagai kandang ayam-ayam unik sebelum akhirnya diganti para 'penyewanya' dari jenis ayam ke jenis burung.
Bagi orang lain, apalagi yang lebih sering berkunjung ke pendopo ini, akan menganggap area ini sudah tidak begitu istimewa. Namun berbeda bagi saya yang pastinya akan sangat jarang berkunjung ke pendopo tersebut. Apalagi jika tidak ada keperluan yang melibatkan saya dengan agenda yang diadakan di pendopo. Sehingga, pada momen halalbihalal kemarin, saya menjadikan tempat keberadaan burung-burung tersebut sebagai masa nostalgia.
Memang menemukan burung-burung itu di tempat lain juga tidaklah sulit. Apalagi jika ada uang lebih dan ingin berkunjung ke tempat-tempat penangkaran burung, ataupun ke kebun binatang Wonokromo di Surabaya. Tentu hal itu akan lebih baik bukan? Namun, bukan soal itu. Karena di sini tak hanya berbicara soal melihat burung-burung unik itu saja, melainkan adanya kesempatan bagi saya untuk menggali lagi rekaman masa kecil saya saat ada di tempat yang sama.
Lagi-lagi ini terdengar biasa saja bagi orang yang tetap tinggal di kota kecil ini. Bahkan mungkin akan terdengar sok dramatis. Namun, dari sini saya dapat menemukan adanya inti dari apa yang saya tangkap di momen sesederhana ini. Yaitu, adanya hasil dari perjalanan waktu.
Perjalanan waktu yang berupa kehidupan itu pada akhirnya akan mewujud ke bentuk perkembangan dan perubahan, sekecil apapun itu, pasti akan seperti itu---development and changes. Area inilah (apartemen burung) yang memberikan contoh (miniatur) dari adanya perkembangan dan perubahan, meski di sini saya juga menyebutnya hanya merupakan bentuk dari alih fungsi ataupun pergeseran.
Adanya perubahan sederhana di area pendopo tersebut (dengan adanya apartemen burung), saya jadikan sebagai miniatur dalam melihat Indonesia.
Jika pendopo itu ibaratnya adalah Indonesia, maka, apa yang terjadi pada pendopo ini juga dapat menunjukkan pula bahwa Indonesia juga mengalaminya. Yaitu adanya perkembangan, perubahan, ataupun inovasi-inovasi tertentu yang berhasil terciptakan. Entah itu berupa bentuk yang sederhana ataupun yang sangat kompleks, yang terpenting hal itu pasti ada.