Ide pembuatan judul pada artikel ini muncul ketika melihat ekspresi seorang komentator bola senior, Weshley Hutagalung. Bung Wes---sapaan akrabnya---kebetulan menjadi komentator di laga final Liga Europa dini hari tadi (30/5). Sepertinya itulah ekspresi yang tepat untuk menggambarkan bagaimana kekecewaan publik pecinta sepakbola (netral) yang mengharapkan Arsenal juara Liga Europa musim ini.
Alasannya bukan karena tim ini bagus, dan juga bukan karena Arsenal dilatih oleh Unai Emery yang memiliki tiga gelar juara Liga Europa bersama Sevilla. Namun, dikarenakan adanya keinginan publik gibol untuk melihat dominasi tim Inggris di Liga Champions musim depan dengan keberadaan lima tim asal Premier League. Tentunya, hal ini dapat terjadi jika Arsenal yang keluar sebagai sang jawaranya, alih-alih Chelsea yang sudah menempati jatah bermain di Liga Champions---finish ketiga.
Dari sinilah publik memprediksikan bahwa Arsenal akan tampil hebat dan mampu mengalahkan Chelsea. Bahkan hal ini juga terjadi pada penulis yang memprediksi jika Arsenal akan menang. Termasuk skor akhir yang nyaris mendekati kenyataan, yaitu 3-1 (skor di final adalah 4-1). Namun, skor telak itu ternyata bukanlah untuk Arsenal, melainkan untuk Chelsea yang di laga ini mampu bermain lebih cair dibandingkan Arsenal.
Ekspresi para pemain Arsenal. (Epa.eu)
Derby London inipun berakhir 4-1 dan Chelsea merayakan juara Liga Europa untuk kedua kalinya sepanjang sejarah. Dunia bersuka cita namun juga berduka. Karena, Premier League gagal mengirimkan lima klubnya untuk berjibaku di Liga Champions musim depan.
Hasil ini juga membuat Arsenal kembali berkompetisi di Liga Europa untuk ketiga kalinya secara beruntun---finish kelima di Premier League---dan membuat Unai Emery harus mencari cara terbaik untuk membuat Arsenal mampu menebus kegagalannya di musim ini. Lalu, apa yang membuat Arsenal gagal di final?
Sebenarnya di artikel sebelumnya*, sudah disebutkan bahwa Arsenal memiliki kekurangan yang artinya, Arsenal tidak sepenuhnya mampu menjadi juara di final dengan mengalahkan Chelsea yang sebenarnya juga memiliki kekurangan. Kedua tim ini memang memiliki kekurangan. Namun, kekurangan Arsenal nyatanya jauh lebih menganga khususnya saat babak kedua berlangsung.
Duel para pemain di laga yang berlangsung di Baku Olympic Stadium. (Epa.eu)
Hal yang paling disorot di pertahanan Arsenal adalah ketika berduel dengan penyerang bertubuh jangkung, dan ini dimanfaatkan Chelsea dengan keberadaan Olivier Giroud yang memiliki prosentase unggul duel udara di atas rata-rata. Bahkan, gol pertama The Blues hadir dengan gol sundulan Olivier Giroud.
Dua gol Chelsea lainnya juga tak lepas dari peran Giroud. Pertama, adalah kegagalan pemain belakang Arsenal untuk tidak melanggar Giroud di dalam kotak penalti, dan dituntaskan dengan eksekusi yang baik oleh Hazard. Lalu gol kedua Hazard juga tak lepas dari assist yang diberikan Giroud di dalam kotak penalti.
Artinya, lini pertahanan Arsenal gagal membendung serangan-serangan Chelsea dengan baik di laga ini. Situasi yang sebenarnya sudah menjadi sinyal berbahaya ketika Arsenal tidak pernah benar-benar menjalani pertandingan tanpa kebobolan di musim ini.