Lihat ke Halaman Asli

Deddy Husein Suryanto

TERVERIFIKASI

Content Writer

Sebab dan Akibat Menu Berbuka Boleh yang Manis dan Persyaratannya

Diperbarui: 21 Mei 2019   23:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Takjil. (Apahabar.com)

Banyak artikel* maupun video-video di Youtube yang menyatakan bahwa berbuka dengan yang manis itu tidak ada di dalam anjuran/ajaran agama (Islam). Namun, tagline 'berbuka dengan yang manis' sudah terlanjur mendarah-daging di dalam pikiran masyarakat dan membuat pesta takjil semakin meriah seperti yang kita lihat saat ini. Pro-kontra hadir ketika anjuran berbuka yang tepat muncul dan salah satunya menyatakan bahwa bukan berbuka dengan yang manis, melainkan yang segar.

Salah satu anjuran yang kemudian disebut sunnah Rasulullah SAW, adalah berbuka dengan kurma. Memang, Indonesia tidak memiliki komoditas kurma. Namun, karena Indonesia mengimpor kurma dari negara-negara Arab, maka, kebutuhan masyarakat Indonesia yang mayoritas Islam ini akhirnya terpenuhi untuk dapat berbuka dengan kurma.

Kurma memang manis, namun, sudah dapat dibuktikan juga bahwa kemanisan kurma berbeda dengan minuman sirup yang manis ataupun teh bergula. Di sini, masyarakat Indonesia sangat sadar bahwa berbuka dengan kurma bukan suatu keharusan. Akan tetap, masyarakat Indonesia terlanjur berpikir jika kurma itu adalah buah yang manis, bukan yang menyegarkan.

Hal ini bisa dimaklumi, karena, cukup sulit untuk mendapatkan kurma segar. Karena, kita tidak memiliki pohonnya. Sehingga, yang beredar di masyarakat adalah kurma-kurma yang sudah sangat masak dan tentunya terasa manis---bahkan manis sekali.

Selain itu, karena kurma adalah produk impor, maka, tidak semua masyarakat Indonesia dapat mengonsumsi kurma. Sehingga, masyarakat Indonesia kemudian memilih untuk mencari alternatifnya, dan bukan Indonesia jika tidak mampu mengatasi kebutuhan pangan. Karena, Indonesia salah satu surga makanan di dunia.

Maka, di sinilah dapat diterka bahwa masyarakat Indonesia pada akhirnya memperkenalkan banyak hidangan alternatif sebagai pengganti kurma yang (sudah terlanjur dikenal) manis dengan berbagai macam menu yang kemudian disebut takjil. 

Dari kolak pisang yang sederhana, sampai segala macam hidangan yang disebut menu takjil untuk berbuka pun pada akhirnya dapat kita lihat dan konsumsi saat ini. Takjil inilah yang kemudian merepresentasikan menu berbuka yang manis dan disebut-sebut telah menjadi budaya berbuka puasa di Indonesia.

Lalu, apakah berbuka dengan yang manis itu harus?

Kembali lagi, ditekankan bahwa berbuka dengan yang manis itu bukan suatu keharusan. Namun, keberadaan cita rasa manis terhadap menu berbuka, itu perlu. Karena, makanan/minuman yang bercita rasa manis biasanya dapat memicu selera makan yang bagus bagi orang yang baru saja menunaikan ibadah puasa seharian. Mengapa demikian?

Karena, orang yang berpuasa itu ketika sudah mendekati waktu berbuka justru sudah berada di kondisi yang sudah tidak terlalu lapar. Berbeda dengan ketika masih berada di jam 10 pagi sampai jam 1 siang. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline