Lihat ke Halaman Asli

Deddy Husein Suryanto

TERVERIFIKASI

Content Writer

Bagian 1 | Audrey dan Perundungan yang Tetap Hidup di Bumi

Diperbarui: 12 April 2019   14:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Pembelaan massal untuk Audrey. (Suara.com)

Seperti yang sering penulis sebutkan di artikel maupun di pembicaraan bebas, bahwa, manusia itu bernaluri untuk bersaing. Faktor utamanya adalah tidak adanya kepuasan dalam menyukupi keinginan. Karena, seiring berjalannya waktu, keinginan akan menjadi kebutuhan, dan kebutuhan menjadi kebiasaan. Kebiasaan itu yang kemudian bisa menjadi budaya.

Namun, di sini penulis tidak menyebutkan tentang perundungan adalah budaya, ataupun korupsi adalah budaya. Melainkan kebiasaan yang kemudian ditiru secara masif. Karena, budaya itu seharusnya sesuatu yang dapat dilakukan berdasarkan nilai positifnya, bukan negatifnya. Tetapi, kebudayaan negatif itu sebenarnya ada, hanya kemudian diseret ke ranah perspektif. Maksudnya adalah atas sudut pandang, apa, siapa, dan mana, kebudayaan itu dinilai negatif?

Begitu pula dengan perundungan. Perundungan bisa menjadi biasa saja, jika hal ini terjadi karena ada pemicunya. Artinya, tidak akan ada asap, jika tidak ada api. Entah apinya kecil, maupun besar. Begitu pula di dalam kasus Audrey yang menjadi korban perundungan dan penyiksaan/pelecehan. Bisa jadi, ada penyebab yang terjadi dan melibatkan Audrey, sehingga membuat Audrey menjadi sasaran amuk para gadis penuh semangat (baca: gairah) itu. Hehehe...

Berbicara soal perundungan, kasus Audrey bukanlah yang pertama, bahkan bisa jadi akan ada kasus-kasus lainnya yang serupa. Kenapa?
Karena, manusia itu penuh persaingan. Titik.

Itulah yang menjadi pokok dari segala hal permasalahan yang terjadi saat ini. Tidak hanya di Indonesia, namun juga di semua negara dan segala penjuru dunia.

Perundungan hanya salah satu dari bentuk-bentuk lainnya dalam upaya manusia saling mengalahkan/menyingkirkan. Lalu, apakah itu kemudian dapat dihilangkan? Tidak.

Dicegahpun sulit. Karena, keinginan setiap orang untuk melebihi kualitas orang lain itu pasti ada. Bahkan, keinginan untuk melebihi kualitas diri sendiri di tahun kemarin, dua tahun kemarin, bahkan 10 tahun yang lalu pun ada. Jadi, apakah perundungan akan bisa ditumpas seperti misi KPK menumpas korupsi di Indonesia?

Sebenarnya, perundungan yang terjadi pada Audrey itu bisa disebut suatu hal kelumrahan, walau itu tidak manusiawi. Karena, perundungan itu selalu dilakukan oleh manusia. Jadi, apakah manusia itu sudah tidak manusiawi?

Satu hal yang paling menarik di kasus Audrey ini adalah bagaimana respon masyarakat Indonesia terhadap Audrey. Publik terlihat sangat peduli dan diwujudkan dengan pembuatan dan penandatanganan petisi. Pentingkah? Cukup penting. Karena, dengan keberadaan petisi, artinya ada sentilan kepada badan hukum untuk berupaya tegas tanpa pandang bulu dalam menghukum yang memang terbukti bersalah, dan itu harus. Wajib.

Selain itu, keberadaan petisi dan begitu pedulinya masyarakat Indonesia terhadap Audrey bisa memberikan tekanan kepada pelaku dan orang lain yang mungkin juga memiliki kebiasaan merundung temannya di sekolah, kampus, maupun di lingkungan kerja. Bahkan, di lingkungan masyarakat RT-RW pun hal ini bisa terjadi. Namun, kebetulan kasus Audrey ini dapat diviralkan. Sehingga, sangat menyedot perhatian masyarakat. Akan tetapi, jika ditarik ke realitas sosial, apakah hanya Audrey yang mengalaminya dan perlu dibela?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline