Lihat ke Halaman Asli

Deddy Husein Suryanto

TERVERIFIKASI

Content Writer

Menjaga Semangat Menulis Artikel Olahraga di Masa Pilpres 2019

Diperbarui: 11 April 2019   11:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi menulis. (Harian.analisadaily.com)

Siapa yang tidak membaca artikel/berita seputar politik dan kabar terbaru tentang kepemerintahan Indonesia? Pasti nyaris semua orang membacanya. Minimal membaca judul ataupun sekilas beritanya yang dapat dilihat secara cepat tanpa kehilangan banyak waktu. Itu kalau bagi yang kurang suka membaca info tentang politik atau pemerintahan. 

Namun, bagi yang menyukai tulisan-tulisan tentang politik ataupun pemerintahan, akan sangat bergembira ketika matanya dapat menemukan banyak sekali artikel yang mengulas tentang situasi terbaru tentang jagad politik dan pemerintahan dalam negeri.

Lalu, bagaimana dengan pembaca yang kurang menyukai artikel politik?
Bagaimana pula bagi penulis yang kurang cakap dalam menulis artikel politik?

Nasib keduanya sama, karena, baik itu penulis atau pembaca sama-sama memiliki kesamaan selera. Selain itu, peran penulis juga sama seperti pembaca. Penulis artikel/berita juga merupakan pembaca artikel/berita. Begitu pula jika mereka adalah pembaca, walau belum tentu para pembaca tersebut juga merupakan penulis. Biasanya, mereka lebih konsen pada hobi membaca saja, untuk memperkaya pengetahuan, bukan untuk mencoba menulis. Kalaupun ingin menulis, biasanya, mereka tidak akan menulis sesuai bidang yang ia baca.

Misalnya, pembaca berita politik, adalah guru PKn yang di sisi lain memiliki hobi menulis puisi roman bercerita tentang politisasi cinta. Sehingga, hobi membacanya lebih ke arah memenuhi kebutuhan untuk mencari ide. Untuk itulah si guru itu memilih menyukai membaca berita, walau dirinya adalah penulis puisi. Ini hanya contoh sederhananya saja. Jika ternyata membingungkan, mohon dimaklumi saja.

Sebenarnya, sudah dapat dimaklumi, jika berita ataupun artikel yang bersliweran di media sosial maupun koran-koran online dewasa ini seringkali berpatokan pada yang sedang gencar-gencarnya dibahas. Biasanya, isi-isi berita/artikel itu mengikuti peristiwa yang sedang terjadi dan mempengaruhi situasi secara umum, baik skala daerah, negara, maupun internasional.

Namun, pengaruh yang lebih besar adalah ketika peristiwa tersebut mencakup ranah nasional. Artinya, situasi tersebut telah berhasil 'menyelimuti kasur' di negara tersebut. Hal seperti ini wajar, dan pasti terjadi di setiap negara, termasuk Indonesia. Ketika Indonesia sedang menggelar event olahraga, maka, setiap hari semua media online akan mengeluarkan segala bentuk tulisan yang menggambarkan aspirasi penduduk Indonesia tentang event tersebut. 

Begitu pula ketika, Indonesia sedang menggelar event demokrasi dengan pengadaan pemilu, maka, publik akan membicarakan semua calon yang ada di proses pemilu tersebut. Sama halnya dengan saat ini, tahun 2019 adalah tahun 'pesta demokrasi' dengan pengadaan Pilpres dan pemilu serentak dengan pencoblosan kepala negara dan anggota badan legislatif negara.

Maka, tak mengherankan jika setiap hari kita dihadapkan pada artikel-artikel yang berseliweran dan membahas tentang paslon capres-cawapres dan caleg-caleg di setiap daerahnya.

Melihat situasi semacam ini, tidak menutup kemungkinan bagi siapa saja untuk berlomba-lomba---walau tidak merasa ikut lomba---menulis segala macam bentuk tulisan yang membahas tentang situasi politik dan pemerintahan saat ini. Bagi yang pro dengan Jokowi-Ma'ruf, mereka akan menulis segala sesuatu tentang paslon nomor 1 itu. Begitu pula jika, mereka yang pro terhadap Prabowo-Sandi, maka setiap saat akan muncul tulisan-tulisan yang dapat menunjukkan eksistensi paslon nomor 2 ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline