Lihat ke Halaman Asli

Deddy Husein Suryanto

TERVERIFIKASI

Content Writer

Menikmati Sepak Bola Inggris di EFL

Diperbarui: 19 Februari 2019   13:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Logo EFL (Skysports.com)

Tidak terlalu sering memang untuk menonton kompetisi 'sampingan' di Inggris, yaitu, English Football League (EFL). Selain diisi oleh tim-tim kasta kedua, juga tidak terlalu banyak pemain-pemain di klub peserta EFL ini yang dapat dikenali. Sehingga, merasa sedikit kurang wajib untuk menonton pertandingan di sini.

Apalagi, seringkali kita melihat tim yang bertanding adalah tim yang sudah diketahui namanya dan sejarahnya, namun, tidak dengan para pemainnya---cenderung asing terhadap pemain-pemainnya. Situasi ini memang wajar. Karena, penonton (khususnya di Indonesia) jarang sekali mengikuti sepakbola di Eropa sampai di kasta keduanya. Termasuk di Inggris, yang syukur-syukur bisa hafal nama 20 klub yang berlaga di EPL. 

Inilah yang membuat perasaan dalam menonton pertandingan di EFL (kompetisi kasta kedua di bawah EPL) ini mirip seperti masa-masa awal menonton sepakbola pada masa kecil, yaitu, murni menonton permainan sepakbolanya bukan menonton tim 'jagoan' yang sedang bermain, apalagi menonton pemain 'idola'.

Dari sekian pertandingan yang pernah ditonton di kompetisi ini ada satu pertandingan menarik yang mempertemukan dua klub yang pernah berlaga di Premier League dan keduanya sama-sama menjadi kontestan EPL dalam waktu yang lama. Sehingga tidak mungkin ada orang penikmat bola di Liga Inggris yang tidak mengetahui kedua klub ini, yaitu Aston Villa dan West Bromwich Albion (WBA).

Kieran Gibbs, pemain WBA, eks Arsenal. (Independent.co.uk)

Uniknya, bukan hanya secara timnya yang dapat dikenali, namun juga pemain-pemainnya yang rupanya masih ada yang dapat dikenali. Karena beberapa pemainnya juga merupakan bekas pemain klub-klub besar di Premier League. Sebut saja El Mohamady (Aston Villa), Kieran Gibbs, Jay Rodriguez, dan Gareth Barry yang ketiganya adalah pemain WBA dan pernah berada di tim-tim kuat seperti Arsenal, Southampton, dan Manchester City.

Selain itu, menariknya dalam menonton pertandingan ini adalah kesempatan menonton pertandingan yang di dalamnya terdapat kedua tim yang levelnya sama. Karena, biasanya kita menonton pertandingan yang disiarkan di televisi lokal, pasti yang mempertemukan tim medioker dengan tim papan atas. Hanya sesekali, akan ditayangkan pertandingan yang berimbang (cth: Brighton Holve Albion vs Burnley). 

Namun, hal ini sangat jarang terjadi. Khususnya sejak nilai kontrak hak siar Premier League konon kabarnya sangat mahal. Sehingga tidak banyak pertandingan yang dapat disiarkan oleh televisi lokal apalagi yang bertanding di jam primer. Inilah yang kemudian menjadi kelangkaan sekaligus kenikmatan tersendiri jika dapat menonton pertandingan yang berimbang, walau bukan big match.

Di pertandingan ini, Aston Villa vs WBA (16/2), kita dapat disuguhkan permainan yang atraktif dan agresif, serta tidak ada perbedaan yang signifikan secara mentalitas bermain. Semua pemain di kedua tim sama-sama bermain lepas dan percaya diri dalam menguasai bola, maupun membangun serangan. Perbedaan yang paling mencolok di sini hanyalah soal taktik dan pengalaman.

Jika taktik itu akan identik dengan kapasitas pelatihnya, sedangkan pengalaman di sini cenderung berada pada diri pemain-pemainnya. WBA dengan tiga pemain yang disebut di atas ditambah dengan beberapa pemain lainnya yang juga memiliki kapasitas bagus---yang seharusnya masih dapat berkompetisi di EPL, membuat perbedaan terhadap hasil pertandingan ini.

WBA memenangkan laga dengan skor yang memang biasa saja, 0-2, namun hasil ini menjadi keren, karena kemenangan ini diraih di laga tandang dan berhasil unggul dengan skor tersebut sejak babak pertama. Artinya, kapasitas bermain WBA di laga ini bisa dikatakan sempurna. Berhasil menyerang dengan baik dan bertahan dengan baik.

Secara keseluruhan, pertandingan ini berjalan bagus. Walau bukan merupakan laga besar seperti di EPL, namun, di level EFL ini adalah big match. Maka, tak heran jika tribun stadion juga terisi lumayan penuh. Hanya di pertengahan akhir babak kedua, tribun-tribun mulai rumpang, akibat tidak memungkinkannya tim tuan rumah mengejar ketertinggalan apalagi meraih kemenangan. Selain itu, permainan ini jika dinikmati dari layar kaca, terlihat tidak membosankan. Karena, aliran bola sangat lancar dan cukup cepat perpindahan bolanya dari kaki satu pemain ke kaki pemain lainnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline